Written by. EDUPEDIA
HENDRA
DWI PRASETYO // CITRA O. S. PRASETYO
Perkembangan Pertanian dari Zaman ke Zaman
Di
beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden
(setengah pengembara), yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau
bercocok tanam, namun tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan.
Sementara itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-traktor besar yang ditangani
oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.
Kegiatan
pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang
paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa
pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari
kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah
dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai
menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum
kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun
setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang
yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh
masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan,
dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa
perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik
budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa
dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara
belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi
sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal
budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang
serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua
Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali
berbeda.
Hewan
ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta babi
(6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing.
Sapi,
kuda,
kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM.
Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera
diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal
semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut
bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya
sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir
Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuno(3000 tahun SM) telah mengenal baik
budidaya anggur dan zaitun.
Untuk
lebih jelasnya mengenai perkembangan teknologi pertanian, berikut akan
dijelaskan lebih detail perkembangan pertanian dari zaman-ke zaman. Mulai dari
zaman Mesopotamia sampai ke zaman Modern sekarang ini. Dimana sebagian besar
perubahan atau perkembangan sektor pertanian turut serta dalam merubah sosial,
politik serta kebudayaan manusia secara luas.
Zaman Mesopotamia
Kata
“Mesopotamia” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “antara dua sungai”, yang
mana antara sungai Efrat dan Tigris. Daerah ini meliputi: membentang
dari pantai Teluk Persia membentang ke arah barat
laut, membentang sepanjang sungai Efrat dan Tigris (perbandingan: meliputi Irak,
sebagian kecil dari Iran, Suriah dan Lebanon).
Mesopotamia
merupakan daerah yang bermedan keras: Mesopotamia kuno seringkali mengalami
banjir namun juga kekeringan. Tanahnya juga mudah berubah dari tanah padang
gurun ke tanah berlumpur. Meskipun demikian Mesopotamia menjanjikan kepada penduduk
yang menempatinya untuk hidup dengan baik, terutama di Mesopotamia selatan, di
mana air sungai Efrat di salurkan ke kanal-kanal, dan dari situlah tercipta
daerah pertanian yang sangat subur, dan dari daerah pertanian ini tumbuh
daerah-daerah perdagangan yang sangat penting. Para ahli arkheologi
berpendapat, bahwa pada zaman Neolitikum (sekitar 7000 SM) telah ada
usaha pertanian dan peternakan di daerah sebelah utara Tigris.
Pada sekitar 3100 SM bangsa Sumer menciptakan tulisan untuk pertama kali,
yaitu huruf atau tulisan paku.
Pada
zaman ini, merupakan awal kebudayaan, merupakan zaman yang turut menentukan
sistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana
dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam,
lumbung, dan juru tulis-juru tulis.
Penciptaan surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga
ekonomi berdasar peperangan dan perbudakan. Administrasi untuk surplus yang
harus disimpan mendesak kebutuhan sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini
datang 6.000 tahun yang lalu dengan terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan
awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah
banyak pemerintahan yang berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan
secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina.
model sistem irigasi mesopotamia |
Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman
yang sekarang masih penting untuk persediaan pangan dunia: gandum dan barlai,
kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia sampai
Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea yang mengembangkan pertanian sehingga
bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras,
taman-taman dan kebun-kebun yang beririgasi. Empat ribu tahun yang lalu
saluran irigasi dari bata dengan sambungan beraspal membantu areal seluas
10.000 mil persegi tetap ditanami untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun
700 SM sudah dikenal 900 tanaman.
Zaman Mesir
Keadaan geografis negeri
Mesir hampir sama dengan Mesopotamia, bahwa daerah ini menjanjikan kepada
penduduknya hidup dengan baik. Namun yang membedakan antara kedua daerah ini
adalah, jika proses munculnya peradaban di Babilonia (dari zaman batu sampai
munculnya peradaban) berjalan dengan lamban, proses peradaban di Mesir (dari neolithikum
sampai munculnya budaya kekotaan) sangat cepat. Sangat mungkin hal ini
disebabkan karena keberadaan sungai Nil. Oleh karena itulah Herodot menyebut
negeri Mesir dengan “Berkat dari Sungai Nil” (Herodot 2:5). Sungai Nil
mempunyai peran yang sangat penting bagi munculnya peradaban di daerah ini.
Panjang sungai Nil + 6670 km yang bermuara di laut Tengah. Daerah di samping
sungai Nil sangat hijau, sedangkan tak jauh dari daerah hijau ini terdapat
pemandangan yang sangat kontras, yaitu padang gurun yang sangat gersang.
Sehingga pada zaman kuno orang-orang Mesir hidup di daerah tepian sungai Nil,
dan biasanya tidak lebih jauh dari 15 km dari sungai Nil. Mereka hidup
bercocok-tanam di tepian sungai Nil yang subur.
Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak
lebih banyak dari pada di Mesir, di mana pasir yang bertiup dari gurun
memelihara data dan catatan dari zaman yang menakjubkan. Walaupun lembah Nil
telah mendukung manusia sekurang-kurangnya 20.000 tahun, di duga perkembangan
pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah
mediterania.
sistem irigrasi mesir |
Kebudayaan Mesir jaya, yang berpengaruh pada
kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang, adalah makmur dalam keberlimpahan
pertanian yang dimungkinkan oleh kebanjiran Sungai Nil yang menyuburkan tanah
kembali. Orang Mesir adalah akhli dalam mengembangkan teknik drainase dan
irigasi. Drainase yaitu pembuangan kelebihan air, merupakan tuntutan di daerah
seperti lembah Nil; hal ini meminta pengembangan lereng-lereng lahan dan
pembuatan sistem pengangkutan serta saluran air yang efisien. Irigasi yaitu
pemberian air pada tanaman secara buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan
pemberian air. Masalah drainase dan irigasi saling menjalin; pemecahannya oleh
orang Mesir dengan membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran
yang melayani kedua tujuan tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan
air, yang masih dipakai sekarang. Penemuan yang utama adalah shaduf,
yang memungkinkan menaikkan 2.250 liter air setinggi 1.8 m tiap hari kerja
pria.
Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan
cangkul. Cangkul asalnya dari suatu tongkat bercabang yang lancip dan digunakan
dengan gerakan memotong. Bajak kuno juga hanya merupakan cangkul yang ditarik
manusia (belakangan oleh hewan) untuk menggaruk permukaan tanah, dan masih
banyak digunakan kini di banyak bagian dunia. Kemudian bajak diperbaiki dengan
penemplean besi di bagian yang besinggungan dengan tanah dan dengan konstruksi
yang lebih kuat dan efisien. Orang-orang Mesir menggunakan berbagai alat potong
pada waktu panen, salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang paling
baik ketika itu.
Orang Mesir mengembangkan berbagai teknologi yang
berhubungan dengan seni masak - industri keramik, pemanggangan, pembuatan anggur
dan penyimpanan pangan. Cara-cara penyimpanan termsuk fermentasi, pembuatan
acar, pengeringan, pengasapan dan pemberian garam. Banyak tanaman dibudidayakan
untuk serat, minyak dan tujuan-tujuan industri lain; papirus untuk kertas,
jarak untuk minyak, pinus untuk malam (lilin). Mereka menciptakan jamu-jamuan
yang pertama, koleksi tanaman obat, dan industri rempah-rempah, wangi-wangian
dan kosmetik.
Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun formal luas,
penuh dengan tanaman-tanaman hias eksotik dan kolam kolam berisi ikan dan
teratai. Di kebun buah (orchard), kurma, anggur, ara, lemon dan delima
diusahakan. Kebun sayur berisi ketimun, articoke, bawang putih, perai, bawang
bombay, slada, menta, endewi, cikori, logak, dan berbagai labu.
Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian
pelaut-pelaut phoenicia meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke
kepulauan Yunani yang sedang muncul.
Zaman
Romawi
Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah
kemahiran praktek, sikap analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda
memberi pengaruh besar pada kemajuan teknolgoi di masa datang. Ilmu Botani
berasal dari pikiran Yunani zaman itu. Dua buah tulisan terkenal, History of plants dan Causes of Plants dari Theopratus murid
Aristoteles mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17. Dia dipandang sebagai
Bapak Ilmu Botani. Tulisan tersebut mencakup judul-judul yang beraneka ragam
seperti morfologi, klasifikasi, pembiakan dengan biji dan secara vegetatif,
geografi tumbuhan, kehutanan, hortikultur, parmakologi, hama dan bau serta rasa
tanaman. Diperbincangkan sebanyak 500 tanaman liar dan tanaman pertanian. Dia
membedakan Angiospermae dan Gymnospermae, Monokotil dan Dikotil, membahas
pembentukan lingkaran tahun dan cara-cara mengumpulkan damar (resins) dan ter. Bahkan membahas
penyerbukan pohon kurma betina dengan bunga-bunga dari pohon jantan yang tak
berbuah. Hal ini merupakan pengetahuan kelamin pada tanam, sesuatu yang lama
menghilang dan baru diketahui lagi 2.000 tahun berikutnya.
Cendekiawan Yunani ternyata tak mampu bertahan secara
politik. Persaingan dan peperangan antar kota membawa ke kejatuhan oleh tentara Macedonia. Ada yang melacak kejatuhan
Yunani pada akibat peningkatan populasi pada merosotnya sumber-sumberdaya alam
baik oleh peperangan maupun oleh kebusukan dari dalam. Kelihatan bahwa dasar
pertanian Yunani tak cukup untuk menyokong kebudayaan yang selalu tumbuh.
Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat.
Kekaisaran Romawi, berbeda dengan Yunani, dibangun dari dasar sumberdaya
alam yang kokoh kuat. Kebalikan dari bangsa Yunani, bangsa Romawi sangat
tertarik pada aspek praktis dari pertanian. Pertanian merupakan bagian penting
dari ekonomi dan urusan yang sungguh-sungguh. Sumber penghasilan utama dari
Romawi adalah pajak tanah; perundang-undangannya yang paling penting berurusan
dengan rencana agraria; kekayaan besar diinvestasikan pada lahan pertanian.
Romawi tumbuh ke kejayaan pada landasan teknologi pertanian yang sehat dan
berfungsi. Sewaktu mereka menaklukkan, mereka membangun suatu kebudayaan yang
asalnya Yunani tetapi pelaksanaannya secara Romawi.
Walaupun orang Romawi hanya memiliki sedikit ide asli, akan
tetapi mereka terkenal betul-betul memperbaiki yang
mereka temukan. Tanda perdagangan yang bertahan lama adalah jalan-jalan dan
jalan air. Orang-orang Romawi berpikiran moderen, beradab dan berpusat ke kota, tetapi bisnis dan
kecenderungannya terikat pada tanah.
Vergillius (Virgil) |
Praktek pertanian Romawi dibukukan secara baik. Tulisan
mengenai pertanian yang pertama adalah De
agricultura karangan Marcus Porceus Cato (234 - 149 SM), yang menulis
aspek-aspek praktis dari pengelolaan tanaman dan ternak, terutama mengenai
keuntungan. Asal-usul filosofi desa ditemui dalam kesimpulannya bahwa petani
bukan hanya penduduk yang terbaik, tetapi juga tentara terbaik. Seratus tahun
berikutnya tulisan Marcus Terentius Varro (116 - 28 SM) yaitu De re rustica libri III, menekankan
ketergantungannya negeri sekemakmuran pada pertanian yang sehat.
Tulisan-tulisan lain adalah Georgica
karangan Vergilius (70 - 19 SM) dan banyak lain. Historia naturalis karangan Plinius (23 - 79 M) memuat kumpulan
ilmu maupun hal-hal yang tidak diketahui. Dari tulisan-tulisan ini pertanian Romawi
dapat dipelajari.
salah satu peninggalan vergillius |
salah satu peninggalan vergillius |
Dalam tulisan-tulisan pertanian dicatat adanya
penyambungan tanaman (grafting dan budding), poenggunaan berjenis-jenis
varietas buah dan sayuran, rotasi pupuk hijau, penggunaan pupuk kandang,
pengembalian kesuburan tanah, bahkan penyimpanan
dingin untuk buah-buahan. Dikenal pula suatu "specularium", rumah kaca dari mika, untuk menanam sayuran pada
musim dingin. Di Romawilah mulainya kebun tanaman hias berkembang sampai
tingkat tinggi.
Pada masa awal sejarah Romawi lembaga pertanian yang
pokok adalah masyarakat desa. Milik perorangan kecil, berkisar dari satu hingga
mepat acre dan dikelola secara
intensif. Setelah negara Romawi berkembang wilayahnya dan memiliki tenaga kerja
perbudakan dari menang perang, muncul unit produksi yang lebih tinggi. Ini
didapat dari tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan. Hasil sistem perkebuan
merangsang pertumbuhan kekayaan perorangan yang hebat yang
mendorong penyapan dan korupsi yang menjalar dengan dahsyat. Kenaikan tenaga
kerja murah dari budak-budak dan meningkatnya ukuran milik perorangan
berakibatkan ketidakseimbangan sosial. Tentara-petani-penduduk kehilangan
tempatnya sebagai kekuatan stabilisasi dalam kehidupan Romawi.
Kemudian setelah kejayaan dialami, banyak sistem
pertanian tak sehat muncul. "Absente
ownership", perbudakan, membawa kerusakan tanah yang menurunkan
produktivitas. Di samping itu upeti-upeti dari negara-negara luar mengendurkan
semangat berproduksi tinggi. Bangun dan jatuhnya keberuntungan politik
kekaisaran Romawi sejajar dengan trend dalam pertanian. Beban untuk mendukung
dan mempertahankan negara yang overexpanded
meremehkan dasar-dasar pertnaian; pertanian yang kelelahan dan tidak stabil
mengurangi daya pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Zaman Timur
Tengah
Abad pertengahan. Dengan runtuhnya Romawi dan Negara
Barat, kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M,
kebudayaan Islam yang menyumbang hasil-hasil kebudayaannya kepada dunia.
Kebudayaan Islam muncul dengan menyumbangkan hasil-hasil teknologi dan ilmu
pengetahuannya yang jauh lebih rasional dan ilmiah dibandingkan dengan
kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.
Serangkaian
teori ditemukan oleh kaum intelektual dan dipraktikkan hingga membuahkan hasil
melimpah di tanah-tanah negeri Muslim. Panen pun mengerek tingkat
kesejahteraan. Ini semua bermuara pada pengetahuan umat Islam yang memadai
tentang pertanian. Tak hanya soal cara memanen. Mereka telah tahu bagaimana
memilih lahan bagi tanaman mereka. Mana yang cocok dan mana pula yang tidak. Sistem
pengairan bermunculan dan memicu perkembangan teknologi di bidang ini. Mereka
hapal bagaimana membuat pupuk dan komposisi penggunaannya.
Dalam
bukunya yang terkenal, Kitab al-Filaha (Buku tentang Pertanian), cendekiawan
dari Andalusia atau Spanyol, Ibnu al-Awwan, menjelaskan sejumlah langkah
memulai bertani. Hal pertama yang perlu diketahui mengenai pertanian adalah
lahan pertanian itu. Apakah lahan tersebut baik atau tidak untuk ditanami. Ibnu
al-Awwan mengingatkan, siapa yang mengabaikan masalah itu tak akan menuai
keberhasilan saat menggarap lahan pertanian. Ini bermakna para petani perlu
memiliki pengetahuan tentang lahan, karakteristiknya, jenisnya, tanaman, dan
pohon yang mestinya ditanam atau tidak di lahan tersebut.
Selain
itu, al-Awwan mewanti-wanti pula agar memahami betul tentang tingkat kelembapan
tanah yang berdampak pada semua tanaman. Perlu pula mengetahui jenis tanah,
apakah lembut, keras, berpasir, hitam, putih, kuning, merah, kemerah-merahan,
atau kasar. Pengetahuan dasar tentang lahan harus didukung dengan langkah lain
untuk mencapai hasil pertanian memuaskan. Untuk hal ini, umat Islam telah
mengembangkan teknologi sistem irigasi. Bentuknya memang berbeda-beda di setiap
wilayah, ada yang sederhana dan ada pula yang lebih canggih.
pertanian islam |
Sejarawan
al-Hamdani mengisahkan salah satu bentuk sistem irigasi yang ada di Yaman, yang
disebut dengan al-Samman. Ini merupakan sumber air terkenal. Kedalamannya
mencapai tiga meter. Di sekitarnya, terdapat sejumlah sumur dan telaga buatan
sebagai penampung air. Sisi-sisinya dibatasi dengan batu.
Pakar
geografi Muslim bernama al Istakhri dalam bukunya, Al-Masalik walMamalik,
berbicara tentang sistem irigasi. Menurut dia, di Marw (kini berada di wilayah
Khurasan, Iran), terdapat sebuah departemen yang secara khsusus dibentuk untuk
menangani pengelolaan air.
Departemen
tersebut memiliki sebanyak 10 ribu staf. Menurut Jaser Abu Safieh dari Jordan
University, Amman, Yordania, sistem irigasi yang diwariskan oleh umat Islam
sangat efisien dan hingga kini masih digunakan di sejumlah wilayah di Andalusia
atau Spanyol. Badan seperti Water Court of Valencia masih melakukan pertemuan
mingguan pada Kamis seperti yang terjadi pada masa Islam.
Pengembangan
sistem irigasi lainnya untuk keperluan pertanian terdapat juga di Irak.
Tepatnya, di Fowkhara Gate di tepi Sungai al-Nahrawan, Samarra. Adam Mitz,
dalam Al-Hadarah alIslamiyyah, menyebutkan bahwa ilmuwan Muslim saat itu telah
mampu mengalirkan air dari sumbernya dengan menggunakan pipa. Mereka mempunyai
sejumlah alat-alat teknik yang bermanfaat untuk mengukur ketinggian tanah dan
menggali saluran irigasi di bawah tanah.
Akhirnya,
ujar Mitz, para ilmuwan itu menemukan sejumlah mesin untuk mengukur tingkat air
sungai. Dengan berbagai penemuannya, pertanian di dunia Islam kian berkembang. Pupuk-Pupuk
telah sejak dini menjadi perhatian. Bahkan, telah muncul pemikiran komposisi
penggunaan pupuk. Ilmuwan Muslim, Ibnu al-Hajjaj al-Ishbili, melalui bukunya
Al-Muqni’ fi al-Filahah, menjelaskan bahwa seorang petani mesti tahu jika lahan
pertanian tak dipupuk, kemampuannya akan melemah.
Di
sisi lain, ia berkata agar penggunaan pupuk tak berlebihan. Bila ini terjadi,
tanah akan terbakar oleh pupuk. Dengan pandangan yang disampaikan Ibnu
al-Hajjaj ini, pengetahuan pertanian umat Islam saat itu telah mencapai taraf
yang tinggi. Sejalan pada masa sekarang, penggunaan pupuk harus sesuai aturan
pemakaian. Pentingnya pemupukan untuk lahan pertanian; Ibnu Bassal, Ibnu
Hajjaj, dan Ibnu al-Awwam memberikan penjelasan luas mengenai tipe pupuk dan
tingkat kecocokan pupuk pada tanaman dan lahan tertentu. Mereka menyinggung
pula penggunaan daun-daun pohon untuk menyuburkan lahan pertanian dan pemakaian
pupuk kompos. Penjelasan mengenai pupuk kompos ini di antaranya terdapat dalam
buku yang disusun Ibnu al-Awwam yang berjudul Kitab al-Filaha al-Andalusiyyah.
Manuskrip karyanya tersimpan di British Museum. Sedangkan, Ibnu Bassal
menjelaskan bagaimana membuat pupuk kompos itu.
Paling
tidak, Ibnu Bassal membagi kompos menjadi tiga jenis. Salah satunya adalah
kompos yang terbuat dari campuran rumput, jerami, dan abu. Ketiga bahan itu
dimasukkan ke dalam sebuah lubang. Lalu, tuangkan air ke dalam lubang tersebut,
tinggalkan hingga membusuk. Ia menegaskan, penggunaan pupuk secukupnya saja. Bassal
pun berbagi pengetahuan lainnya. Kali ini, terkait dengan penanaman yang ia
sebut sebagai seni menanam. Ada masa dan kondisi tertentu untuk menanam suatu
jenis tumbuhan agar bisa berkembang sempurna. Ia menunjuk budi daya labu. “Di
negara-negara dingin, seperti Andalusia, biji labu mesti ditanam selama bulan
Januari.” Lalu, pada bulan April, saat bibit tanaman telah kuat, baru
dipindahkan ke lahan permanen.
Zaman Modern
Sejak awal dikembangkannya pertanian di bumi ini, konsep
pertamanya adalah pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Dicarilah berbagai cara
agar supaya pangan yang ada di dunia ini tetap lestari dan tidak habis.
Kehidupan purba memulainya dengan ditandainya perubahan pola hidup dari
berladang dan berpindah menjadi menetap di suatu daerah. Pada konsep awal ini,
pertanian menjadi sektor dasar yang merupakan pijakan dari sektor-sektor lain
karena ini memang suatu ‘fitrah’ dari sektor berbasis sumber daya seperti pertanian.
Hal ini menyebabkan pertanian terintegrasi cukup baik ke dalam kebijakan
ekonomi makro.
Kemudian, konsep selanjutnya mulai berkembang, yaitu
konsep pemuliaan spesies pertanian yang mencari varietas-varietas yang memiliki
keunggulan tersendiri dan lebih menguntungkan manusia. Konsep ini muncul
sebagai bagian dari peningkatan kualitas setelah adanya peningkatan kuantitas
dari konsep pertama. Didapatlah varietas-varietas dengan keunggulan tertentu,
seperti enak rasanya, banyak hasil panennya dalam sekali masa tanam, dan tahan
terhadap hama dan penyakit. Kedua konsep ini dapat dikatakan sebagai
konsep dasar pertanian yang walau berubah seperti apapun kehidupan di muka bumi
ini, kedua konsep akan terus dipakai.
Kini, konsep pertanian modern bukan hanya membahas usaha
untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia dan pemuliaan spesies pertanian,
tetapi sudah lebih ke arah bagaimana cara optimalisasi usahatani untuk
menghasilkan bahan pangan yang bermutu, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Di dalamnya juga termasuk usaha peningkatan teknologi pertanian agar
pertanian berjalan lebih efektif dan efisien. Inilah perkembangan konsep
pertanian selanjutnya. Konsep ini merupakan penggabungan dari dua konsep awal
yang terkesan berjalan sendiri-sendiri Pada awalnya terlihat kurang adanya
keterkaitan yang erat antara riset dan pengembangan teknologi pertanian dengan
peningkatan hasil panen di lapangan.
Setelah perjuangan penuh manusia untuk merancang konsep
pertanian modern untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tanpa batas, kini
berkembang lagi konsep pertanian baru yang semakin menunjukkan kebutuhan
manusia yang tanpa batas. Pengembangan sektor pertanian ke arah yang lebih
lanjut adalah untuk usaha pemenuhan energi. Sumber daya alam yang semakin
terbatas, terutama sumber energi, membuat manusia kembali mengandalkan
pertanian sebagai penghasil sumber energi alternatif. Belakangan sudah dikembangkan
biofuel di Brazil dengan memanfaatkan tanaman Jarak Pagar (Jatropha
curcas) dan sudah mulai dikembangkan pula oleh negara lain.
Semua hal diatas mengenai konsep pertanian berhubungan
erat dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang tanpa batas. Padahal, sumber daya
yang tersedia sudah pasti ada batasnya dan suatu saat akan habis. Untuk
kepentingan yang sangat vital inilah sektor pertanian kini sudah terpolitisasi.
Pangan pada hakikatnya akan selalu dibutuhkan oleh
manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari suatu negara. Tabiat manusia yang kebutuhannya
tanpa batas harus dikendalikan semaksimal mungkin karena alam memiliki
keterbatasan. Jika hal itu tidak sesegera mungkin dilakukan, bukan tidak
mungkin manusia akan punah sebelum waktu yang ditentukan-Nya. Berikut ini adalah berbagai contoh lain, perkembangan
teknologi perttanian di zaman modern,
antara lain:
1. Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian di Niigata
Jepang
Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di
Niigata Prefecture. Di sini terlihat adanya manajemen persediaan air yang cukup
pada pengelolaan pertaniannya. Sekitar 3 km dari tempat tersebut tedapat sungai
besar yang debit airnya cukup dan tidak berlebih. Air sungai dinaikan ke tempat
penampungan air menggunakan pompa berkekuatan besar. Air dari tempat
penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air bawah tanah berdiameter 30 cm
ke pertanian di sekitarnya. Pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan
air irigasi tersebut. Pembagian air ini bergilir berselang sehari, yang berarti
sehari keluar, sehari tutup. Penggunaannya sesuai dengan kebutuhan sawah
setempat yang dapat diatur menggunakan tuas yang dapat dibuka tutup secara
manual. Dari pintu pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui pipa
yang berada di bawah permukaan sawahnya. Kalau di tanah air kita pada umumnya
air dialirkan melalui permukaan sawah. Sedangkan untuk mengatur ketinggian air
dilakukan dengan cara menaikan dan menurunkan penutup pintu pembuangan air
secara manual. Pembuangan air dari sawah masuk saluran irigasi yang terbuat
dari beton sehingga air dengan mudah kembali ke sungai kecil, tanpa merembes
terbuang ke bawah tanah. Pencegahan perembesan air dilakukan dengan sangat
efisien.
Penjelasan dari Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di Niigata Prefecture menurut (jurnal atani tokyo)
Dari pintu pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui pipa yang berada di bawah permukaan sawahnya. Kalau di tanah air kita pada umumnya air dialirkan melalui permukaan sawah. |
Sedangkan untuk mengatur ketinggian air dilakukan dengan cara menaikan dan menurunkan penutup pintu pembuangan air secara manual seperti yang terlihat pada gambar di atas. |
2. Pupuk mikrobiologis
Pupuk mikrobiologis atau biofertilizer atau pupuk hayati
adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada
benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam
dari tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi
utama dari tanaman. Pupuk mikrobiologis mirip dengan kompos teh, dan bisa
dikatakan sebagai kompos teh yang direkayasa karena hanya mikroorganisme
tertentu yang bermanfaat bagi tanah yang digunakan.
3. Traktor
Traktor adalah kendaraan yang didesain secara
spesifik untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk menarik trailer atau instrumen yang
digunakan dalam pertanian atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk mendefinisikan
suatu jenis kendaraan untuk pertanian. Instrumen pertanian umumnya digerakkan
dengan menggunakan kendaraan ini, ditarik ataupun didorong, dan menjadi sumber
utama mekanisasi pertanian.
Istilah umum lainnya, "unit traktor",
yang mendefinisikan kendaraan truk
semi-trailer.
Kata
traktor diambil dari bahasa Latin, trahere yang berarti
"menarik". Awalnya dipakai untuk mempersingkat penjelasan "suatu
mesin atau kendaraan yang menarik gerbong atau bajak,
untuk menggantikan istilah "mesin penarik"
(traction
engine). Traktor
dengan sendirinya sangat ikut peran penting dalam pertanian modern.
Refrensi:
MM. Sri Setiyati
Harjadi, Perkembangan Pertanian dari
Zaman ke Zaman ,Jakarta.1984
--fin--
No comments:
Post a Comment