Written by. EDUPEDIA
HENDRA
DWI PRASETYO // CITRA O. S. PRASETYO
rumput laut |
Tehnik penggabungan
protoplasma telah banyak dicoba oleh para ahli untuk mendapatkan suatu hibrid (persilangan antara 2 tanaman). Dalam
bidang biologi laut khususnya di dalam mengembangkan budidaya rumput laut,
beberapa ahli telah mencoba melakukan penggabungan protoplasma dari rumput laut
yang sejenis maupun yang berlainan jenis. FUJITA & MIGITA (1987) telah
melakukan penggabungan protoplasma dari dua jenis rumput laut, yaitu Porphyra
yezoensis yang berwarna merah keunguan dan P. pseudolinearis yang
berwarna hijau. Dari hasil penelitian mereka diperoleh keturunan yang berwarna
kehijauan. Penggabungan protoplasma dari 7 jenis rumput laut marga Porphyra di
Jepang telah dilaporkan oleh FUJITA dan SAITO (1990).
FUSI PROTOPLASMA
Fusi protoplasma merupakan sebagai
penggabungan antara 2 atau lebih protoplasma dari suatu tanaman sejenis atau
yang berlainan. Teknik fusi protoplasma mulai dikembangkan para ahli sejak
timbulnya anggapan bahwa hibridisasi antara 2 jenis tumbuhan dibatasi oleh seksual. Pada teknik ini beberapa
pengetahuan dasar yang perlu diketahui antara lain adalah struktur dinding sel
serta pengetahuan tentang enzim.
A. STRUKTUR DINDING SEL
Protoplasma adalah istilah yang diberikan kepada sel hewan atau
tumbuhan tanpa adanya dinding sel, atau dapat diformulasikan sebagai:
Protoplasma = sel – dinding sel. Didalam protoplasma sendiri terdapat
komponen-komponen sel seperti ; mitokondria, badan golgi, nukleus, retikulum
endoplasma, vakuola, dan sebagainya. Semua organ-organ tersebut merupakan
komponen utama sel yang mencerminkan sifat-sifat organisme tersebut.
B. JENIS ENZIM
Hubungan antara struktur dinding sel dengan
enzim sangat erat. Dimana apabila telah diketahui dinding sel dari suatu
organisme, maka akan mudah menentukan enzim yang digunakan untuk penghancur
dinding sel tadi.
Di dalam pengujian protoplasma di dalam
rumput laut terjadi beberapa tahapan uji, diawali dari persiapan
sampel dan enzim, isolasi protoplasma, fusi protoplasma dan diakhiri dengan kultur. Berikut merupakan sistematika tahap uji terhadap kandungan protoplasma di dalam rumput laut :
1. Persiapan contoh
Langkah awal adalah mencuci contoh rumput laut yang diambil dari
alam dengan air laut yang telah difilter (FS) beberapa kali. Untuk memudahkan
pekerjaan, dapat digunakan kuas atau sikat yang lembut. Selanjutnya sampel
dicuci selama 5 menit dengan larutan deterjen 0,1% dan kemudian dibilas dengan
air laut yang telah disteri-lisasi dengan autoclave (ASW). Untuk menghilangkan
epifit seperti bakteri, hewan serta tumbuhan lain, larutan 11% XI. 112 dalam
ASW dapat digunakan sebagai larutan pencuci.
2. Persiapan Enzim
Pemilihan jenis enzim yang
akan di-gunakan harus disesuaikan dengan sifat dinding sel tanaman yang akan
dipecah, agar dapat diperoleh jumlah protoplasma seperti yang diharapkan. Jenis-jenis
enzim yang digunakan umumnya adalah campuran antara enzim komersial (Drilase, cellulase R-10 atau RS, Maceroenzym
R-10, Cellu-lase, Onozuka R-10 atau RS) dengan "crude enzym", "Crude enzym" diperoleh dari hasil
ekstraksi kerang-kerangan, umumnya berasal dari jenis Haliotis sp (CHOU
& LU 1989), namun CHEN (1986) menggunakan Littorina littoria salah
satu jenis Gastropoda, sedangkan BALESTRI et al. {1989) meng-gunakan Paracentrotus
lividus (sea urchin) sebagai
"crude enzym".
3. Isolasi Protoplasma
Sampel yang telah
diinkubasikan seiama satu malam dicuci beberapa kali dengan ASW, selanjutnya
thallus dipotong-potong 1 mm dan ditempatkan di dalam tabung reaksi. Di dalam
tabung reaksi, potongan-potongan thallus dicuci dengan medium ESP (Enrich Seawater Provokali) 2-3 kali.
Selanjutnya ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan enzim (5 % comersial
enzym + 2 % crude enzym) yang telah dicampur dengan 0,6 M manitol dan 5 %
Dextran sulfat. Fungsi larutan manitol adalah untuk menjaga tekanan osmotik
protoplasma sedangkan dextran sulfat berfungsi untuk mencegah kerusakan
ribonuclease dan lipase yang terdapat di dalam crude enzim. Akhirnya larutan
enzim yang berisi thallus di letakkan dalam "mixer" dan diputar perlahan
sela 1 jam dalam keadaan gelap.
4. Pemurnian Protoplasma
Pada tahap pemurnian, pertama-tama larutan dipindahkan dalam
tabung centri-fuge dan diputar dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Kepada
endapan yang terbentuk ditambahkan 0,6 M manitol. Hal yang sama diulangi
beberapa kali.
5. Fusi Protplasma
Sampai saat ini cara menggabungkan dua atau lebih protoplasma pada rumput
laut yang berhasil dilakukan hanya dua cara, yaitu
metode PEG dan Elektrofusion.
a.
Metode PEG (Polyethilene Glikol)
Teknik fusi protoplasma
dengan me-tode Polythilene Glikol pertama kali dilakukan oleh KAO & MICHAYLUK
untuk menggabungkan protoplasma pada tanaman tinggi (dalam EVANS & BRAVO
1983). Selanjutriya teknik ini dicoba para ahli untuk menggabungkan protplasma rumput
laut. Walaupun
teknik PEG banyak diikuti, namun tingkat keberhasilan metode ini sangat kecil.
Hasil fusi yang diperoleh umumnya lebih kecil dari 1 % (CHOU & LU 1989),
atau berkisar antara 8 % - 10 %
(FUJITA&SAITO1990). Tahapan kerja fusi protoplasma dengan metode PEG adalah sebagai berikut :
Sebanyak 100 ul protoplasma yang telah dimurnikan dituangkan ke dalam "cover slip" (24x24 mm) yang
ditempatkan di dalam petridis berukuran (9x2cm) dan dibiarkan selama 10 menit. Setelah itu ke
dalam petridis ditambahkan 30-40 mg Polyethilene glikol (PEG) 4000 powder atau
100 ul - 200 ul PEG 4000 larutan, selanjutnya di biarkan selama 15-20 menit.
Ahirnya protoplasma dicuci dengan larutan PEG pencuci dan siap dikultur di
dalam medium f/2.
b.
Metode Electrofusion
Beberapa
tahun belakangan ini terbuk-ti bahwa fusi protoplasma dapat juga dilakukan dengan
bantuan energi listrik. Cara ini disebut metode Elektrofusion, dan alatnya
dikenal dengan "Somatic Hybridizer".
Tingkat keberhasilari fusi protoplasma dengan teknik elektrofusion lebih tinggi
jika dibandingkan dengan teknik PEG. Hal ini dibuktikan antaranya oleh hasil
penelitian FUJITA dan SAITO (1990) yang memperlihat-kan bahwa tingkat
keberhasilan fusi protoplasma pada 7 jenis Porphyra adalah 20%. Keadaan
inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa teknik PEG mulai ditinggalkan.
Tahapan kerja dengan
menggunakan "Somatic Hybrizer"
adalah sebagai berikut:
protoplasma yang telah dimurnikan di cuci beberapa kali dengan larutan
elektrofusion (cara kerjanya sama dengan pemurnian protoplasma). Kemudian 200
ul larutan ini (protoplasma dalam larutan elektrofusion) diletakkan di antara 2
elektroda di dalam ruang fusi, dibiarkan selama 5 menit agar mengendap pada
dasar ruang fusi, setelah itu diberi aliran listrik untuk mendapatkan ikatan 2
atau 3 rantai protoplasma. Keterpaduan wama protoplasma dari 2 sel yang berbeda
akan terlihat jelas pada hasil fusi. Namun untuk mengetahui perbedaan warna tidaklah mudah terutama
bagi mereka yang baru memulai bekerja di bidang tersebut. Tingkat keberhasilan
metode elektrofusion ini sangat tergantung pada kondisi optimum dari "Somatic Hybridizer" pada saat
pengoperasiannya. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh FUJI-TA
dan SAITO(1990).
6. Kultur protoplasma
Hasil fusi pada tahapan 5
segera dipindahkan ke dalam petridis yang berisi medium f/2 (FUJITA & SAITO
1990) atau dapat juga digunakan medium ESP (Provasoli's
Enrich Sewater yang ditambah anti biotik dan tanpa penambahan Vitamin)
(REDDY et al 1989). Beberapa publikasi menyebutkan bahwa untuk menekan
pertumbuhan bakteri sebaiknya dipergunakan medium
yang mempunyai nilai osmotic tinggi. Selang 4 hari berikutnya, protoplasma akan
menempel pada dasar petridis dan pada saat ini dapat dilakukan penggantian medium. Untuk jenis Porphyra biasanya
protoplasma tidak mau menempel di dasar petridis, oleh sebab itu penggantian
medium harus di bawah mikroskop secara hati-hati.
PROSPEK
PENGEMBANGAN
Didalam mengembangkan usaha
fusi protoplasma haruslah memiliki perlengkepan standar yang digunakan. Adapun
perlengkapan yang dibutuhkan pada kerja fusi protoplasma antara lain :
1) Ruang kultur yang dirancang sedemikian rupa sehingga suhu
cahaya dapat diatur.
2) Ruang untuk melakukan fusi yang di- lengkapi dengan
lemari asam (clean bench); satu set "Simadzu somatic
hybridizer" SSH-2 (Shimadzu Co., Ja pan), terdiri dari beberapa alat penunjang teknik fusi
termasuk mikroskop.
3)
Ruang kerja yang dilengkapi dengan auto clave;
refrigerator; freezer; centrifuge besar dan kecil; shaker; mikroskop; tim bagan
analitik serta peralatan gelas.
4) Selain itu diperlukan juga bahan-bahan kimia untuk
membuat medium serta enzim.
Sebagai tenaga di laboratorium fusi protoplasma, dibutuhkan sekurang-kurangnya
2 orang tenaga yang terdiri dari seorang staf dan seorang teknisi. Mereka
haruslah memiliki ketelitian, kesabaran, dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi.
--fin--
No comments:
Post a Comment