WRITTEN BY: EDUPEDIA
HENDRA DWI PRASETYO SP. // CITRA O. S. PRASETYO
Dari berbagai jenis cacing, ada beberapa jenis cacing
yang sering dijumpai di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Jenis
cacing tanah yang banyak ditemukan di Pulau Jawa antara lain jenis Pontoscolex coretrurus, Lumbricus rubellus, dan Pheretima
sp. Di antara ketiga cacing tanah tersebut yang
paling banyak jumlah populasinya adalah Pheretima sp. dan mempunyai tubuh relatif lebih besar dan
panjang di antara cacing tanah yang lain. Secara
umum tubuh cacing tanah mengandung protein, asam amino dan bermacam-macam
enzim. Beberapa penelitian juga telah membuktikan adanya daya antibakteri
ekstrak protein cacing tanah Lumbricus rubellus dan Pheretima sp. yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif Escherichia
coli, Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi.
Cacing
tanah yang termasuk jenis Pheretima sp. antara lain cacing merah, cacing koot
dan cacing kalung. Secara umum,
Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya
terletak pada segmen 14-16. Pheretima sp. adalah
nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya
tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai
95-150 segmen.
Cacing ini berwarna merah keunguan dan
merupakan hewan hermafrodit (mempunyai
2 alat kelamin dalam satu tubuh). Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris Pada
segmen terakhir terdapat anus dan biasa disebut anal anus. Bereproduksi secara
seksual. Sebagian besar hidup di air tawar atau di darat. Hermafrodit, tidak
mempunyai parapodia dan terdapat beberapa setae (bulu) pada pada setiap ruas. Terdapat mulut pada
bagian anteriornya di segmen pertama dan anus pada bagian posteriornya.
Tubuhnya bersegmen dan memiliki klitelium. Cacing ini terlihat setai yang terdapat pada setiap
segmen. Makanan cacing Pheretima
sp.
terdiri atas daun-daunan, sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang ada dalam
tanah. Materi-materi tersebut dikumpulkan pada waktu malam hari dimana hewan
tersebut aktif keluar dari persembunyiannya dan menggaruk-garuk tanah dengan
ekornya.
Cacing Pheretima sp. tidak mempunyai alat
respirasi yang khusus untuk mengambil O2 dan membuang CO2.
Tugas respirasi dilakukan melalui membran pada seluruh permukaan tubuh. Oleh
karena itu di bawah kutikula terdapat banyak pembuluh kapiler guna memudahkan
pertukaran gas CO2 dan O2.
Pheretima sp. bersifat
geofagus (dominan pemakan tanah) diambil berasal dari tanah Ultisols yang
mempunyai tekanan lingkungan relatif berat, dengan kondisi pH tanah rendah
(sangat masam).
Klasifikasi
Cacing Pheretima sp.
Kingdom
|
: Animalia
|
Phylum
|
: Annelida
|
Classis
|
: Oligochaeta
|
Ordo
|
: Opisthopora
|
Familia
|
: Pheretimanidae
|
Genus
|
: Pheretima
|
Spesies
|
: Pheretima sp.
|
Berdasarkan klasifikasi, Cacing tanah (Pheretima sp.) merupakan phylum Annelida
dari kelas Oligochaeta. Spesies ini memiliki ciri-ciri tubuh : bagian ujung
anteriornya tajam, sedangkan bagian ujung posteriornya lebih tumpul. Tiap-tiap
segmen (kecuali segmen pertama dan terakhir) dilengkapi dengan setae. Mulutnya
terletak di bagian anterior dekat dengan prostium.
Berikut merupakan uraian lebih lengkap tentang berbagai
sistem yang terjadi pada tubuh cacing
Pheretima
sp. apabila ditinjau dari sisi
biologis Cacing Pheretima sp..
Morfologi Cacing Pheretima
sp.
Umumnya
cacing tanah hidup di dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya yang tida
terlalu rendah. Cacing Pheretima sp.
merupakan cacing tanah yang bertindak
untuk menggemburkan tanah dan membantu dalam bidang pertanian. Cacing Pheretima sp.
memiliki 3 lapisan tubuh
(triploblastik), yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Tubuhnya simetri
bilateral dan juga binatang berselomata atau berongga dimana setiap organ
mengisi setiap bagian rongga tubuhnya. Cacing Pheretima sp. adalah burrowinganimal
dan juga nocturnal. Cacing Pheretima sp.
dapat membedakan terang dan gelap namun masih belum bisa melihat. Alat
penglihatan itu berupa 2 buah bintik mata tampak di bagian kepalanya. Sama
seperti jenis Cacing lainnya, Cacing Pheretima sp.
hidup di tanah lapisan atas yang kaya akan nutrisi organik. Keberadaannya dapat
diteksi dengan worm casting(sisa
kotoran cacing). Warna cokelat gelap di bagian belakang tubuhnya digunakan
untuk mengeluarkan porphyrin yaitu semacam zat atau lapisan yang memproteksi
dari radiasi sinar UV.
Banyaknya segmen atau metameri pada Cacing Pheretima sp. bervariasi antara 100-200 bahkan bisa lebih, segmen
pertama disebut sebagai peristomium dimana merupakan ruas tempat terdapatnya
mulut. Bagian yang tidak terhitung adalah prostomium (kepala) terletak di
anterior sebelum peristomium. Alat genital betina berada pada bagian depan
antara segmen ke 14 dan merupakan lubang tunggal terletak ditengah tubuh bagian
ventral, sementara sepasang spermiducal atau genital jantan terdapat di bagian
ventral segmen ke 18. Sepasang genital atau pepila kopulasi terdapat pada
bagian ventral segmen 17 dan 19. Sementara 4 pasang spermateka yang terbuka
terdapat di samping ventrolateral segmental
groovers 5/7, 6/7, 7/8, dan 8/9.
Tubuh Cacing
Pheretima sp.
berbentuk silindris panjang, dapat mencapai panjang tubuh hingga 150 mm. Pada
bagian ujung anterior terdapat tonjolan yang disebut prostomium yang setelahnya
terdapat mulut. Pada Segmen ke 16
terdapat klitelium yang berfungsi pada waktu akan melakukan perkawinan.
Tiap-tiap ruas terdapat setae yang membungkus seluruh permukaan tubuh yang
berfungsi sebagai alat gerak karena adanya otot retractor dan protractor. Tubuh
terbungkus oleh kutikula yang transparan guna melindungi tubuh dari gangguan
fisis atau khemis. Pada kutikula terdapat kantung-kantung kelenjar yang
mengeluarkan cairan sehingga tubuh selalu mengkilat. Mulutnya berbentuk sabit
dan terletak pada bagian belakang ventral dari prostomium. Sedangkan anus
terdapat pada ruas yang paling akhir.
Sistem Reproduksi Pheretima
sp.
Dari lubang tersebut nantinya akan keluar telur. Dua ekor
cacing tanah melekatkan diri dan saling membuahi. Lubang nephridia terdapat
pada setiap segmen kecuali segmen satu dan terakhir. Dan letak nephridia
tersebut adalah antara setae lateral dan setae ventro lateral. Alat reproduksi
terdiri dari alat kelamin jantan dan betina yang terdapat pada seekor hewan
cacing tanah. Alat betina terdiri dari sepasang ovaria. Sepasang oviduct
berhubungan dengan suatu saluran terbuka bersilia, kemudian oviduct membesar pada
kantung telur dan terbuka sebelah luar. Kecuali itu terdapat sepasang
receptaculum seminalis atau spermatheca. Alat kelamin jantan terdiri dari dua
testis yang berbentuk menjari. Dan vasa diferentis sebagai kelanjutan saluran
yang bersilia dan menuju arah luar. Terdapat sepasang vesicular seminalis dan
dua pusat resenvoir. Pembuahan tidak akan terjadi tetapi selalu bersilang,
yakni pada waktu dua hewan cacing tanah mengadakan kopulasi. Dua cacing tanah
akan bersatu dengan membuat sabuk kokon yang berasal dari zat perekat yang dikeluarkan
oleh kelenjar di daerah clitellum.
Sistem Pencernaan Pheretima
sp.
Alat pencernaan terdiri atas : Rongga mulut, Pharinx,
Oesophagus, Crop (provenriculus), Gizzard atau ventriculus, berdinding tebal,
Intestinum dan berakhir dengan anus. Usus merupakan saluran yang silindirs
tetapi dinding sebelah dorsal melekuk dalam dan disebut dengan Typhlosole.
Sekitar saluran pencernaan sebelah dorsal antara pembuluh darah terdapat
sel-sel Chloragogen yang membantu proses penghancuran makanan dan membantu alat
ekskresi. Sekitar oesophagus terdapat kelenjar Calciferous yang menghasilkan
cairan Ca yang berguna untuk menetralisir
makanan. Makanan cacing tanah terdiri atas daun-daunan, sisa-sisa tumbuhan atau
hewan yang ada di dalam tanah. Materi-meteri tersebut dikumpulkan pada waktu
malam hari di mana hewan tersebut aktif keluar dari persembunyiannya dan
menggaruk-garuk tanah dengan
ekornya.
Tanah yang mengandung sisa-sisa makanan ditelan masuk mulut
pharynx, di sini terdapat sekresi dari kelenjar Calciferous yang berfungsi untuk menetralisir makanan yang bersifat
asam. Gizzard sebagai alat penggiling bekerja menghancurkan bahan-bahan makanan
yang bercampur dengan tanah. Pada akhirnya zat-zat makanan akan diserap oleh
pembuluh darah dan sisa-sisa zat makanan akan di buang.
Sistem Respirasi Cacing Pheretima
sp.
Cacing tanah tidak mempunyai alat respirasi khusus untuk
mengambil O2 dan membuang CO2. Tugas respirasi dilakukan
melalui membran pada seluruh permukaan tubuh.oleh karena itu dibawah kutikula
banyak terdapat pembuluh kapiler guna memudahkan pertukaran gas CO2
dan O2.
Sistem Ekskresi Cacing Pheretima
sp.
Alat pembuangan kotoran berupa suatu alat yang disebut
nefridia terdapat pada tiap-tiap ruas. Saluran nefridia yang bersilia yang disebut
nephrostome pada ruas sebelah muka, sedang saluran lainnya berbelit-belit pada
ruas yang belakang. Silia pada nephrostome menyebabkan adanya cairan yang
menggiring cairan di dalam coelom dan masuk ke saluran yang membelit yang
selanjutnya akan dibuang di muara pada permukaan tubuh.
Sistem Peredaran Darah Cacing Pheretima
sp.
Darah cacing tanah terdiri atas plasma darah dan bagian-bagian
benda yang melayang yang disebut Corpuscula. Warna merah dari darah disebabkan
oleh hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Saluran darah yang penting :
- Saluran darah dorsal atau saluran supra intestinal,
- Saluran darah ventral atau saluran darah sub intestinal,
- Saluran darah bawah batang syaraf atau subneural,
- Sepasang saluran darah lateral batang syaraf,
- Lima pasang jantung yang menghubungkan saluran darah ventral dan saluran darah dorsal,
- Dua saluran integumen usus dan saluran integumen nephridia,
- Saluran cabang dari saluran darah ventral ke nephridia, dan dinding tubuh,
- Saluran parietal menghubungkan saluran darah dorsal ke saluran di bawah batang syaraf,
- Saluran cabang dari saluran darah dorsal ke usus,
- Saluran darah typhlosole yang menghubungkan diri dengan saluran darah dorsal.
Saluran darah dorsal dan jantung menetukan aliran darah. Kedua
saluran darah tersebut mempunyai otot dinding yang kuat menekan darah maju ke
muka. Jadi darah akan mengalir dari belakang ke muka pada saluran darah dorsal.
Untuk menjaga akan kembalinya darah dari muka ke belakang kembali, saluran
darah mempunyai klep.
Di dalam jantung juga terdapat klep untuk menjaga darah agar
tidak kembali. Selanjutnya darah yang mengalir dari saluran darah dorsal masuk
ke jantung dan sebagian darah terus dipmpa ke muka. Jantung memompa darah dari
saluran darah dorsal ke saluran ventral, selanjutnya dipompa ke seluruh tubuh
dan akan kembali ke saluran darah lateral batang syaraf. Aliran darah pada
saluran di bawah batang syaraf darianterior ke poatrerior kemudian naik ke atas
melalui saluran parietal.
Dengan adanya saluran darah di dekat batang syaraf maka system syaraf selalu mendapat darah yang bersih. Untuk mengangkut kotoran-kotoran di antara jarringan-jaringan yang belum diangkut oleh pembuluh vena, dilakukan oleh pembuluh limfa, di mana pembuluh limfa menyerahkan kotoran tersebut melalui pembuluh darah di berikan ke alat ekskresi untuk selanjutnya di buang.
Sistem Syaraf Cacing Pheretima sp.
Terdiri dari sentral yang terdiri dari dua bagian, termasuk
pada bagian dorsal dan disebut otak atau ganglion suprapharyngeal. Ganglion tersebut
dihubungkan dengan sepasang alat penghubung dengan sepasang ganglion sub
pharyngeal yang terletak di bawah pharynx. Dari bagian itulah akan menjadi
batang syaraf sepanjang tubuh dimana pada tiap-tiap ruas akan menjalar
syaraf-syaraf peripher yang terdiri atas syaraf afferent dan syaraf efferent
(datang). Afferent timbul dari sel syaraf motoris, sedang syaraf yang berasal
dari sel syaraf pada epidermis berfungsi sebagai syaraf sensoris. Sel perasa
dilengkapi dengan rambut syaraf yang melewati kutikula sehingga dapat mencapai
dinia luar. Alat perasa tersebut peka terhadap sinar dan rangsangan lain.
MANFAAT
CACING Pheretima sp.
Cacing Pheretima sp. merupakan cacing lokal yang
biasa digunakan untuk umpan pancing ikan dan campuran pakan ikan karena kandungan
protein yang dimiliki
sangat tinggi. Beberapa riset local oleh para pakar cacing menemukan bahwa pemberian cacing hidup sebagai selingan pakan ikan meningkatkan indeks perkembangbiakan ikan serta percepatan pertumbuhan ikan sehingga ikan dapat lebih cepat
dipanen. Melihat fakta
yang baru terungkap seperti ini, tentu sangat membantu secara langsung maupun
tidak langsung terhadap pelaku usaha budidaya ikan dan akan berimbas positif
juga pada pelaku usaha budidaya cacing
Cacing Pheretima sp. juga dapat digunakan untuk proses
vermicomposting dimana menghasilkan kualitas pupuk kascing yang lebih baik jika
dibandingkan dengan Cacing E. Foetida.
Cacing Pheretima sp. mempunyai kemampuan membantu
mempercepat degradasi C/N didalam bahan organik dengan cara memakan bahan
organik dan menghasilkan feses. Feses ini kemudian diubah kedalam N anorganik
oleh mikroorganisme didalam media supaya nantinya N dan unsur hara yang lain
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan
Pada umumnya, masyarakat umum
memakai Cacing Pheretima sp. sebagai:
1. Bibit Peternakan Cacing
2. Penghasil Kascing/ Pupuk bekas cacing (Kompos)
Campuran Pakan Unggas, Pakan Ikan, Pengganti (Campuran) Tepung Ikan
--fin--
No comments:
Post a Comment