Pages

Sample text

Sample Text

Social Icons

Featured Posts

JENIS-JENIS CACING, MANFAAT, BUDIDAYA. bag.5 >>> Pheretima sp.(Cacing Koot dan Cacing Kalung)

WRITTEN BY: EDUPEDIA
HENDRA DWI PRASETYO SP. // CITRA O. S. PRASETYO


Dari berbagai jenis cacing, ada beberapa jenis cacing yang sering dijumpai di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Jenis cacing tanah yang banyak ditemukan di Pulau Jawa antara lain jenis Pontoscolex coretrurus, Lumbricus rubellus, dan Pheretima sp. Di antara ketiga cacing tanah tersebut yang paling banyak jumlah populasinya adalah Pheretima sp. dan mempunyai tubuh relatif lebih besar dan panjang di antara cacing tanah yang lain. Secara umum tubuh cacing tanah mengandung protein, asam amino dan bermacam-macam enzim. Beberapa penelitian juga telah membuktikan adanya daya antibakteri ekstrak protein cacing tanah Lumbricus rubellus dan Pheretima sp. yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi.

Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima sp. antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Secara umum, Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Pheretima sp. adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen.

Cacing ini berwarna merah keunguan dan merupakan hewan hermafrodit (mempunyai 2 alat kelamin dalam satu tubuh). Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris Pada segmen terakhir terdapat anus dan biasa disebut anal anus. Bereproduksi secara seksual. Sebagian besar hidup di air tawar atau di darat. Hermafrodit, tidak mempunyai parapodia dan terdapat beberapa setae (bulu) pada pada setiap ruas. Terdapat mulut pada bagian anteriornya di segmen pertama dan anus pada bagian posteriornya. Tubuhnya bersegmen dan memiliki klitelium. Cacing ini terlihat setai yang terdapat pada setiap segmen. Makanan cacing Pheretima sp. terdiri atas daun-daunan, sisa-sisa tumbuhan  atau hewan yang ada dalam tanah. Materi-materi tersebut dikumpulkan pada waktu malam hari dimana hewan tersebut aktif keluar dari persembunyiannya dan menggaruk-garuk tanah dengan ekornya.

Cacing Pheretima sp. tidak mempunyai alat respirasi yang khusus untuk mengambil O2 dan membuang CO2. Tugas respirasi dilakukan melalui membran pada seluruh permukaan tubuh. Oleh karena itu di bawah kutikula terdapat banyak pembuluh kapiler guna memudahkan pertukaran gas CO2 dan O2.

Pheretima sp. bersifat geofagus (dominan pemakan tanah) diambil berasal dari tanah Ultisols yang mempunyai tekanan lingkungan relatif berat, dengan kondisi pH tanah rendah (sangat masam).

Klasifikasi Cacing Pheretima sp.


Kingdom
: Animalia
Phylum
: Annelida
Classis
: Oligochaeta
Ordo
: Opisthopora
Familia
: Pheretimanidae
Genus
: Pheretima
Spesies
Pheretima sp.
 Berdasarkan klasifikasi, Cacing tanah (Pheretima sp.) merupakan phylum Annelida dari kelas Oligochaeta. Spesies ini memiliki ciri-ciri tubuh : bagian ujung anteriornya tajam, sedangkan bagian ujung posteriornya lebih tumpul. Tiap-tiap segmen (kecuali segmen pertama dan terakhir) dilengkapi dengan setae. Mulutnya terletak di bagian anterior dekat dengan prostium.


Berikut merupakan uraian lebih lengkap tentang berbagai sistem yang terjadi pada tubuh cacing Pheretima sp. apabila ditinjau dari sisi biologis Cacing Pheretima sp..

Morfologi Cacing Pheretima sp.

Umumnya cacing tanah hidup di dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya yang tida terlalu rendah. Cacing Pheretima sp. merupakan cacing tanah yang bertindak untuk menggemburkan tanah dan membantu dalam bidang pertanian. Cacing Pheretima sp. memiliki 3 lapisan tubuh (triploblastik), yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Tubuhnya simetri bilateral dan juga binatang berselomata atau berongga dimana setiap organ mengisi setiap bagian rongga tubuhnya. Cacing Pheretima sp. adalah burrowinganimal dan juga nocturnal. Cacing Pheretima sp. dapat membedakan terang dan gelap namun masih belum bisa melihat. Alat penglihatan itu berupa 2 buah bintik mata tampak di bagian kepalanya. Sama seperti jenis Cacing lainnya, Cacing Pheretima sp. hidup di tanah lapisan atas yang kaya akan nutrisi organik. Keberadaannya dapat diteksi dengan worm casting(sisa kotoran cacing). Warna cokelat gelap di bagian belakang tubuhnya digunakan untuk mengeluarkan porphyrin yaitu semacam zat atau lapisan yang memproteksi dari radiasi sinar UV.

Banyaknya segmen atau metameri pada Cacing Pheretima sp. bervariasi antara 100-200 bahkan bisa lebih, segmen pertama disebut sebagai peristomium dimana merupakan ruas tempat terdapatnya mulut. Bagian yang tidak terhitung adalah prostomium (kepala) terletak di anterior sebelum peristomium. Alat genital betina berada pada bagian depan antara segmen ke 14 dan merupakan lubang tunggal terletak ditengah tubuh bagian ventral, sementara sepasang spermiducal atau genital jantan terdapat di bagian ventral segmen ke 18. Sepasang genital atau pepila kopulasi terdapat pada bagian ventral segmen 17 dan 19. Sementara 4 pasang spermateka yang terbuka terdapat di samping ventrolateral segmental groovers 5/7, 6/7, 7/8, dan 8/9.

Tubuh Cacing Pheretima sp. berbentuk silindris panjang, dapat mencapai panjang tubuh hingga 150 mm. Pada bagian ujung anterior terdapat tonjolan yang disebut prostomium yang setelahnya terdapat mulut. Pada Segmen ke 16 terdapat klitelium yang berfungsi pada waktu akan melakukan perkawinan. Tiap-tiap ruas terdapat setae yang membungkus seluruh permukaan tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak karena adanya otot retractor dan protractor. Tubuh terbungkus oleh kutikula yang transparan guna melindungi tubuh dari gangguan fisis atau khemis. Pada kutikula terdapat kantung-kantung kelenjar yang mengeluarkan cairan sehingga tubuh selalu mengkilat. Mulutnya berbentuk sabit dan terletak pada bagian belakang ventral dari prostomium. Sedangkan anus terdapat pada ruas yang paling akhir.

Sistem Reproduksi Pheretima sp.

Pada sebuah ruas dari cacing tanah terdapat muara saluran Vas deferens (saluran sperma). Muara tersebut besar dan membentuk suatu bibir sedang lubang muara oviduct kecil dan bulat terdapat pada ruas yang lainnya.


Dari lubang tersebut nantinya akan keluar telur. Dua ekor cacing tanah melekatkan diri dan saling membuahi. Lubang nephridia terdapat pada setiap segmen kecuali segmen satu dan terakhir. Dan letak nephridia tersebut adalah antara setae lateral dan setae ventro lateral. Alat reproduksi terdiri dari alat kelamin jantan dan betina yang terdapat pada seekor hewan cacing tanah. Alat betina terdiri dari sepasang ovaria. Sepasang oviduct berhubungan dengan suatu saluran terbuka bersilia, kemudian oviduct membesar pada kantung telur dan terbuka sebelah luar. Kecuali itu terdapat sepasang receptaculum seminalis atau spermatheca. Alat kelamin jantan terdiri dari dua testis yang berbentuk menjari. Dan vasa diferentis sebagai kelanjutan saluran yang bersilia dan menuju arah luar. Terdapat sepasang vesicular seminalis dan dua pusat resenvoir. Pembuahan tidak akan terjadi tetapi selalu bersilang, yakni pada waktu dua hewan cacing tanah mengadakan kopulasi. Dua cacing tanah akan bersatu dengan membuat sabuk kokon yang berasal dari zat perekat yang dikeluarkan oleh kelenjar di daerah clitellum.

Sistem Pencernaan Pheretima sp.

Alat pencernaan terdiri atas : Rongga mulut, Pharinx, Oesophagus, Crop (provenriculus), Gizzard atau ventriculus, berdinding tebal, Intestinum dan berakhir dengan anus. Usus merupakan saluran yang silindirs tetapi dinding sebelah dorsal melekuk dalam dan disebut dengan Typhlosole. Sekitar saluran pencernaan sebelah dorsal antara pembuluh darah terdapat sel-sel Chloragogen yang membantu proses penghancuran makanan dan membantu alat ekskresi. Sekitar oesophagus terdapat kelenjar Calciferous yang menghasilkan cairan Ca yang berguna untuk menetralisir makanan. Makanan cacing tanah terdiri atas daun-daunan, sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang ada di dalam tanah. Materi-meteri tersebut dikumpulkan pada waktu malam hari di mana hewan tersebut aktif keluar dari persembunyiannya dan menggaruk-garuk tanah dengan ekornya.

Tanah yang mengandung sisa-sisa makanan ditelan masuk mulut pharynx, di sini terdapat sekresi dari kelenjar Calciferous yang berfungsi untuk menetralisir makanan yang bersifat asam. Gizzard sebagai alat penggiling bekerja menghancurkan bahan-bahan makanan yang bercampur dengan tanah. Pada akhirnya zat-zat makanan akan diserap oleh pembuluh darah dan sisa-sisa zat makanan akan di buang.

Sistem Respirasi Cacing Pheretima sp.

Cacing tanah tidak mempunyai alat respirasi khusus untuk mengambil O2 dan membuang CO2. Tugas respirasi dilakukan melalui membran pada seluruh permukaan tubuh.oleh karena itu dibawah kutikula banyak terdapat pembuluh kapiler guna memudahkan pertukaran gas CO2 dan O2.


Sistem Ekskresi Cacing Pheretima sp.

Alat pembuangan kotoran berupa suatu alat yang disebut nefridia terdapat pada tiap-tiap ruas. Saluran nefridia yang bersilia yang disebut nephrostome pada ruas sebelah muka, sedang saluran lainnya berbelit-belit pada ruas yang belakang. Silia pada nephrostome menyebabkan adanya cairan yang menggiring cairan di dalam coelom dan masuk ke saluran yang membelit yang selanjutnya akan dibuang di muara pada permukaan tubuh.

Sistem Peredaran Darah Cacing Pheretima sp.

Darah cacing tanah terdiri atas plasma darah dan bagian-bagian benda yang melayang yang disebut Corpuscula. Warna merah dari darah disebabkan oleh hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Saluran darah yang penting :
  1. Saluran darah dorsal atau saluran supra intestinal,
  2. Saluran darah ventral atau saluran darah sub intestinal,
  3. Saluran darah bawah batang syaraf atau subneural,
  4. Sepasang saluran darah lateral batang syaraf,
  5. Lima pasang jantung yang menghubungkan saluran darah ventral dan saluran darah dorsal,
  6. Dua saluran integumen usus dan saluran integumen nephridia,
  7. Saluran cabang dari saluran darah ventral ke nephridia, dan dinding tubuh,
  8. Saluran parietal menghubungkan saluran darah dorsal ke saluran di bawah batang syaraf,
  9. Saluran cabang dari saluran darah dorsal ke usus,
  10. Saluran darah typhlosole yang menghubungkan diri dengan saluran darah dorsal.
Saluran darah dorsal dan jantung menetukan aliran darah. Kedua saluran darah tersebut mempunyai otot dinding yang kuat menekan darah maju ke muka. Jadi darah akan mengalir dari belakang ke muka pada saluran darah dorsal. Untuk menjaga akan kembalinya darah dari muka ke belakang kembali, saluran darah mempunyai klep.

Di dalam jantung juga terdapat klep untuk menjaga darah agar tidak kembali. Selanjutnya darah yang mengalir dari saluran darah dorsal masuk ke jantung dan sebagian darah terus dipmpa ke muka. Jantung memompa darah dari saluran darah dorsal ke saluran ventral, selanjutnya dipompa ke seluruh tubuh dan akan kembali ke saluran darah lateral batang syaraf. Aliran darah pada saluran di bawah batang syaraf darianterior ke poatrerior kemudian naik ke atas melalui saluran parietal.

Dengan adanya saluran darah di dekat batang syaraf maka system syaraf selalu mendapat darah yang bersih. Untuk mengangkut kotoran-kotoran di antara jarringan-jaringan yang belum diangkut oleh pembuluh vena, dilakukan oleh pembuluh limfa, di mana pembuluh limfa menyerahkan kotoran tersebut melalui pembuluh darah di berikan ke alat ekskresi untuk selanjutnya di buang.

 Sistem Syaraf Cacing Pheretima sp.

Terdiri dari sentral yang terdiri dari dua bagian, termasuk pada bagian dorsal dan disebut otak atau ganglion suprapharyngeal. Ganglion tersebut dihubungkan dengan sepasang alat penghubung dengan sepasang ganglion sub pharyngeal yang terletak di bawah pharynx. Dari bagian itulah akan menjadi batang syaraf sepanjang tubuh dimana pada tiap-tiap ruas akan menjalar syaraf-syaraf peripher yang terdiri atas syaraf afferent dan syaraf efferent (datang). Afferent timbul dari sel syaraf motoris, sedang syaraf yang berasal dari sel syaraf pada epidermis berfungsi sebagai syaraf sensoris. Sel perasa dilengkapi dengan rambut syaraf yang melewati kutikula sehingga dapat mencapai dinia luar. Alat perasa tersebut peka terhadap sinar dan rangsangan lain.

MANFAAT CACING Pheretima sp.


Cacing Pheretima sp. merupakan cacing lokal yang biasa digunakan untuk umpan pancing ikan dan campuran pakan ikan karena kandungan protein yang dimiliki sangat tinggi. Beberapa riset local oleh para pakar cacing menemukan bahwa pemberian cacing hidup sebagai selingan pakan ikan meningkatkan indeks perkembangbiakan ikan serta percepatan pertumbuhan ikan sehingga ikan dapat lebih cepat dipanen. Melihat fakta yang baru terungkap seperti ini, tentu sangat membantu secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelaku usaha budidaya ikan dan akan berimbas positif juga pada pelaku usaha budidaya cacing

Cacing Pheretima sp. juga dapat digunakan untuk proses vermicomposting dimana menghasilkan kualitas pupuk kascing yang lebih baik jika dibandingkan dengan  Cacing E. Foetida.

Cacing Pheretima sp. mempunyai kemampuan membantu mempercepat degradasi C/N didalam bahan organik dengan cara memakan bahan organik dan menghasilkan feses. Feses ini kemudian diubah kedalam N anorganik oleh mikroorganisme didalam media supaya nantinya N dan unsur hara yang lain dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan

Pada umumnya, masyarakat umum memakai Cacing Pheretima sp. sebagai:
1.     Bibit Peternakan Cacing
2.    Penghasil Kascing/ Pupuk bekas cacing (Kompos)
Campuran Pakan Unggas, Pakan Ikan, Pengganti (Campuran) Tepung Ikan

--fin--

No comments:

 

Most Reading

EDUPEDIA

Powered by Blogger.