Pages

Sample text

Sample Text

Social Icons

Featured Posts

KESUBURAN TANAH: Penetapan Kadar Air Tanah (Kering Udara), Penetapan Kadar Air Kapasitas Lapang, Penetapan Kemasaman Tanah (pH) dan Penetapan Kadar Garam Total, Penetapan Kadar Bahan Organik Tanah

Written by. EDUPEDIA
Hendra Dwi Prasetyo // Citra O. S. Prasetyo

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan  unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan  produksi tanaman.Tanah di dunia ini oleh USDA (1975) dikelompokkan  ke dalam dua kelompok ordo, yaitu: kelompok ordo tanah pelikan, terdiri dari: Alfisol, Aridisol, Entisol, Inseptisol, Molisol, Oksisol, Spodosol, Ultisol dan Vertisol, dan kelompok ordo tanah organik, terdiri dari  Histosol. Pembagian kelompok ordo tanah ini hanya didasarkan pada  perbedaan jenis bahan induk. Ordo tanah pelikan mempunyai bahan  induk  yang berasal dari batuan, sedangkan ordo tanah organik  mempunyai bahan induk yang berasal dari sisa-sisa organik. Hasil  peruraian batuan dan bahan organik adalah senyawa-senyawa kimiawi.  Selama proses pembentukan tanah, terbentuk berbagai paduan khas  senyawa kimiawi yang memungkinkan berkembangnya berbagai ordo  tanah. Berdasarkan konsep ini maka tanah merupakan kumpulan senyawa  kimiawi dalam berbagai wujud, watak dan perangai hasil pemecahan  dan/atau peruraian bahan induk tanah dengan melibatkan berbagai proses. Sebagian komponen kimiawi itu diperlukan oleh jasad hidup  untuk tumbuh dan berkembang. Fenomena ini menjadikan tanah mempunyai peranan sebagai pemasok sebagian kebutuhan anasir hara  jasad hidup.

Keterkaitan sistem tanah dengan jasad hidup, khususnya  tanaman, tidak hanya terbatas pada kemampuannya memasok anasir hara,  tetapi juga dapat berperan sebagai medium tumbuhnya. Jika tanah  dipandang sebagai medium tumbuh alami jasad hidup maka konsep  tentang tanah perlu lebih diperjelas sehingga lebih mendukung  peranannya itu. Tanah haruslah dipandang sebagai suatu benda alam  dengan bangunan dan watak khas seperti terlihat pada penampilan  profilnya. Pemahaman tanah sebagai medium tumbuh tanaman lebih tepat jika tanah dipandang sebagai tubuh alami seperti keberadaannya di lapang.Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan watak khas yang dapat digunakan sebagai pembeda dari tubuh alami lainnya. Ciri dan watak tubuh tanah ini dapat diselidiki dari penampilan penampang l tubuh tanah (profil). Penyelidikan profil ini sangat membantu penelaahan potensi suatu tanah untuk menjadi tempat tumbuh tanaman.

Tubuh tanah merupakan medium tempat terjangkarnya perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh tegak dan kokoh, sebagai  wadah dan sumber anasir hara dan air, dan sebagai pengendali keadaankeadaan lain yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Jika dikaitkan dengan penampilan tubuh tanah maka ruang tanah yang  digunakan sebagai ruang tumbuh perakaran tanaman sangatlah terbatas. Perakaran tanaman hanya menempati bagian tubuh tanah yang disebut  solum tanah. Potensi solum tanah sebagai medium tumbuh dikendalikan  oleh keadaan dan proses dari bagian tubuh tanah lainnya. Penyelidikan  watak dan ciri tanah total sangat berguna sebagai landasan telaah potensi  tanah sebagai medium tumbuh tanaman. Kemampuan tanah sebagai  medium untuk menunjang pertumbuhan tanaman digunakan dalam  berbagai batasan. Dua batasan yang sering digunakan secara rancu adalah  produktivitas tanah dan kesuburan tanah. Produktivitas tanah diberi batasan sebagai kemampuan suatu  tanah untuk menghasilkan suatu tanaman (atau sekuen tanaman) yang  diusahakan dengan sistem pengelolaan tertentu. Produktivitas tanah  merupakan perwujudan dari seluruh faktor (tanah dan bukan tanah) yang  mempengaruhi hasil tanaman. Pakar tanah menetapkan urutan  produktivitas tanah untuk berbagai jenis tanaman berdasar atas  pengukuran hasil pada suatu jangka waktu dengan suatu sistem  pengelolaan tertentu yang gayut. Produktivitas tanah merupakan telaah kemampuan tanah yang  lebih berdasar pada konsep ekonomis dan bukan hanya pada watak tanah. Tiga segi yang dimasukkan dalam penyusunan konsep produktivitas  tanah adalah: a. masukan (sistem pengelolaan tertentu), b. keluaran (hasil  suatu tanaman), dan c. tipe tanah.Kesuburan Tanah dan Pemupukan.

Konsep kesuburan tanah menekankan telaah pada faktor tanah,  khususnya pada segi-segi yang terkait dengan penyediaan anasir hara  bagi tanaman. Kemampuan penyediaan anasir hara ini melibatkan berbagai proses yang dikendalikan oleh faktor tanah dan lingkungannya.  Batasan kemampuan sistem tanah memasok anasir unsur hara ini menjadi titik lemah pemahaman konsep kesuburan tanah karena adanya silang pendapat yang tidak tertuntaskan. Perbedaan latar belakang ilmu dasar  pakar yang berkepentingan dengan masalah kesuburan tanah telah menambah tidak tuntasnya segi ini. Silang pendapat ini lebih dikarenakan adanya perbedaan dalam menentukan ukuran-ukuran yang diperlukan  dalam menyusun suatu konsep kesuburan tanah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui kadar air tanah (keadaan kering udara dan kapasitas lapang)
1.2.2 Untuk mengetahui penetapan kemasaman tanah (pH) pada tanah di daerah
1.2.3 Untuk mengetahui penetapan kadar garam total
1.2.4 Untuk mengetahui kadar bahan organik tanah
1.2.5 Untuk mengetahui penetapan nitrogen total dalam tanah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman (saifuddin, dkk, 1984 dalam Isma, 2005).

Rosmarkam dan Yuwono (2002) berpendapat bahwa kesuburan tanah dalam arti sempit adalah ketersediaan hara tanaman pada waktu tertentu. Makin tinggi ketersediaan hara maka tanah semakin subur dan sebaliknya serta memungkinkan besar produksi tanaman semakin meningkat. Status hara dalam tanah selalu berubah-ubah, tergantung pada musim, pengelolaan tanah, dan jenis tanaman.

PUSLITTANAK (1995) menjelaskan bahwa kesuburan tanah merupakan salah satu aspek kemampuan/kesesuaian lahan yang dapat memberikan informasi produktivitas tanah dan daya dukungannya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman yang selanjutnya disebut kemampuan kesuburan tanah.

1.  Penetapan Kadar Air Tanah
          Air dalam tanah terdapat dalam pori-pori non kapiler dan pori kapiler beserta pada permukaan agregat atau butir-butir tanah. Sebagian lagi dalam bentuk gas. Untuk kadar air dalam sejenis tanah pada suatu saat maka kita berusaha melepaskan ketiga jenis atau bentuk air tersebut diatas dengan jalan menguapkan dalam tanur pengering atau oven dengan suhu 105  C selama 48 jam atau samapai kekurangan air tersebut tetap. Didalam praktek kita akan menetapkan kadar air dari suatu jenis tanah pada keadaan kering udara, pada keadaan kapasitas lapang (field capacity) dan kemudian akan dapat dihitung kebutuhan air dari suatu jenis tanah pada pot (pot water requirement = PWR).
2.  Penetapan Kemasaman Tanah (pH)

Kemasaman tanah penting artinya dilihat dari segi kesuburan tanah, antaranya ada atau timbulnya zat beracun di dalam tanah (Al, Mn), tersedianya unsur-unsur hara dalam bentuk dan jumlah yang baik, untuk kehidupan mikroorganismenya dan sebagainya.

Tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan baik menhendaki syarat kemasaman tanah yang tertentu. Ada tanaman yang dapat tumbuh baik pada tanah-tanah masam (pHnya rendah) dan ada pula yang tumbuh baik pada lingkungan yang pHnya tinggi. Akhirnya pH tanah penting peranannya dalam proses-proses pembentukan tanah. pH tanah dapat dituliskan sebagai berikut :


   Pengukuran pH tanah ialah dengan mengukur konsentrasi ion-ion H yang aktif dalam suspense, karena itulah perbandingan air : tanah yang akan mempengaruhi pH sangat penting untuk diperhatikan. Makin ringgi perbandingan air : tanah, maka makin rendah pH yang ditetapkan karena adanya pengenceran. Sebaliknya makin rendah perbandingan tersebut maka makin tinggilah hasil penetapan pH. Tambahan pula pada keadaan kurang air, electrode akan kurang baik kontaknya dengan tanah tersebut, hingga nilai pH akan kurang teliti. Penetapan kemasaman tanah (pH) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara elektrolit dan dengan larutan indikator. Untuk mendapatkan nilai pH yang lebih teliti sebaiknya cara elektrolit yang dipakai.

3.  Penetapan Kadar Garam Total
          Kadar garam atau salinitas suatu jenis tanah penting artinya untuk diketahui didalam hubungannya dengan pemilihan jenis-jenis tanaman yang akan diusahakan. Penetapan kadar garam total (salinitas) dari suatu jenis tanah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara gravimetric dan secara kehantaran listrik (dengan konduktometer). Penetapan dengan cara gravimetric memberikan hasil yang telah teliti, dan cara ini dipergunakan juga untuk kalibrasi di dalam penetapan kadar garam total dengan cara kehantaran listrik. Di dalam praktek ini, penetapan kadar garam total dilakukan dengan cara kehantaran listrik (electrical conductivity = E.C.)

4.  Penetapan Kadar Bahan Organik Tanah
          Dalam analisis tanah, penetapan kadar bahan organik tanah penting artinya karena dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat kesuburan suatu jenis tanah. Tanah-tanah  pertanian yang subur umumnya mempunyai kadar bahan organik yang relatif tinggi.
          Penetapan bahan organik tanah berdasarkan oksidasi. Dua cara oksidasi yang sering digunakan untuk penetapan bahan organik tanah adalah oksidasi basah dan oksidasi kering. Oksidasi kering menurut cara Densteld, hanya digunakan untuk kalibrasi cara-cara basah karena cara oksidasi kering ini membutuhkan banyak waktu. Cara oksidasi basah dilakukan dengan kalium dichromat dalam larutan asam sulfat. Jumlah kalium dichromat tertentu (berlebihan) digunakan untuk menkoordinasikan bahan organik, kelebihan kalium dichromat yang tidak digunakan dititer kembali dengan ferro sulfat dengan penunjuk feroin. Proses oksidasi basah ini memerlukan panas yang cukup tinggi. Cara basah ini disebut juga dengan cara Allison.
          Disamping cara Densteld, dan cara Allison, masih ada beberapa cara yang lebih sederhana untuk menetapkan kadar bahan organik, seperti misalnya cara Kurmies dan cara Walkley dan Black. Cara yang terakhir ini yang banyak diterapkan karena prinsipnya relatif lebih mudah.      

BAB III
BAHAN DAN METODE

   1.  PENETAPAN KADAR AIR TANAH

A.  Penetapan Kadar Air pada Keadaan Kering Udara
ü  Alat dan Bahan
a.    Alat
Gelas timbang, eksikator,
b.    Bahan
Tanah
ü  Cara Kerja
1)    Timbang tanah yang telah kering udara dan yang telah diayak melalui saringan 0,2 mm, dua kali @ 10 gram dalam gelas timbang sebanyak 10 gram dalam gelas timbang atau tin 2 x 10 gram tanah tersebut disebut duplo. Setiap perhitungan selalu didasarkan pada harga rata-rata dari kedua contoh tanah dalam kedua botol timbang tersebut.
2)   Keringkan kedua contoh tanah dalam tanur pengering dengan suhu 105° C hingga berat tetap. Pada waktu menaruh di dalam tanur pengering, tutup botol atau tin harus dibuka.
3)   Sesudah itu ambil botol timbang beserta tanahnya dan dinginkan di dalam eksikator.
4)   Sesudah dingin segera timbang :
a.    Botol beserta tanahnya.
b.    Botolnya saja (lebih baik botol itu ditimbang sebelum dipakai).
5)   Berat tanah dapat dihitung (berat botol + tanah – berta botol ).
6)   Berat air tanah dapat dihitung = 10 gram – berat tanah kering mutlak.

7)   Kadar air tanah dapat dihitung dengan jalan sebagai berikut :


8)  Berat air rata-rata dari kedua contoh tadi merupakan kadar air dari jenis tanah yang diselidiki.
B.  Penetapan Kadar Air pada keadaan Kapasitas Lapang (Field Capacity)
Tahapan kerja sebagai berikut:
1)    Ambil tanah yang kering udara dan telah diayak, masukkan kedalam botol jam yang telah bersih.
2)   Hentakkan 4-5 kali botol tersebut supaya tanah dalam botol jam tadi dapat tersusun secara teratur.
3)   Kemudian tanah didalam botol jam tersebut ditetesi air secara perlahan-lahan dengan memakai pipet sampai kurang lebih  dari ujung botol tanah tersebut sudah basah.
4)   Botol ditutup dan biarkan semalam.
5)   Kemudian ambil contoh tanah untuk dikeringkan didalam oven dengan cara/prosedur yang sama seperti pada keadaan kering udara tadi.
6)   Setelah mancapai berta yang konstan, kadar air dapat dihitung sama seperti cara diatas, yaitu :


Untuk percobaan selanjutnya dapat diketahui atau dihitung kebutuhan pot akan air, berdasarkan data kadar air tersebut tadi. Hal ini penting untuk diketahui terutama bagi keperluan melaksanakan percobaan-percobaan di rumah kaca.

Kebutuhan pot akan air (pot water requirement = PWR) adalah sebagai berikut:


PWR ini akan merupakan sebuah bilangan yang akan menunjukkan jumlah air yang akan diperlukan untuk penyiraman dari berat tanah tertentu dalam suatu pot.

2. PENETAPAN KEMASAMAN TANAH (PH) DAN PENETAPAN KADAR GARAM        TOTAL

A.  Penetapan kemasaman tanah (pH)
Tahapan kerja penetapan pH tanah
1) Timbang 10 gram tanah dan kemudian masukkan kedalam wadah tanah+penutup ( tabung plastik).
2)   Tambahkan 25 ml air destilata (perbandingan air dan tanah adalah 1:2  
3)   Ditutup dan dikocok dengan menggunakan pengocok elektrik selama 15 menit ( dikocok dengan pengocok elektrik supaya homogen).
4)   Kemudian diamkan selama kurang lebih 30 menit
5)   Bawa contoh-contoh tanah tersebut kea lat pH meter,
6)   Masukkan sampel tanah kedalam suspense dan kemudian tetapkan/baca pH.
7)   Kemudian catat hasil angka yang ada dalam LCD.

B. Penetapan Kadar Garam Total
1)   Tombol suhu konduktometer disesuaikan dengan suhu suspense tanah dan tombol koreksi tetapan sel disesuaikan dengan mengecek dengan larutan KCL 0,01 N yang telah diketahui E.C.nya pada 25° C. Hal ini penting artinya untuk mengecek apakah konduktometer bekerja dengan baik atau tidak.
2)  Setelah mendapatkan nilai atau hasil masukkan  katode langsung cabut katode.
3)  Timbang 10 gram tanah kering udara yang telah diayak dan dimasukkan kedalam botol pengocok (botol film).
4) Tambahkan 25 ml air destilat dan kocok selama 1 jam dan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring.
5)   Kemudian filtratnya diambil untuk diukur E.C,nya dengan konduktometer.
6)  Pembacaan pada konduktometer (satuan mikro dan millimetertergantung kadar dikonversi millimeter lebih besarnama alatnya milisiment)

        1.  PENETAPAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH
ü Alat dan Bahan
a.    Alat
Labu takar 50 ml, pipet 10 ml dan 5 ml, gelas ukur 10 ml, kasa berlapis, asbes, botol pemancar air, labu Erlenmeyer 50 ml, buret dan neraca.
a.    Bahan
Contoh tanah kering udara yang telah diayak dengan saringan 0,5 mm sebanyak 1 gram; 1N K2Cr2O7; H2SO4 pekat; H3PO4 85%; 1N FeSO4; indicator diphenylamine dan air suling/aquades.
ü Tahapan kerja penetapan kadar bahan organik tanah ( metode Walkley dan Black )
1)    Timbang tanah kering udara yang telah diayak sebanyak 1 gram.
2)   Masukkan kedalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7 1N dengan menggunakan pipet.


3)    Kemudian tambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur
4)   Kocok dengan gerakan mendatar dan memutar sebanyak 20X.
5) Warna harus tetap merah jingga, kalau warna menjadi hijau /biru tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 secukupnya dan jumlah penambahan ini harus dicatat. Diamkan selama kurang lebih 30 menit supaya larutan menjadi dingin. Penambahan untuk blanko juga harus sama banyak.
4)   Tamabahkan 5 ml H3PO4  85% dan 1 ml indikator Diphenylamine.
5)  Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling dengan memakai botol pemancar air
6)   Kocok dengan membalik-balikkan samapi homogeny dan biarkan mengendap.
7)  Ambil dengan pipet 5 ml larutannya yang jernih kemudian masukkan kedalam Erlenmeyer 50 ml dan tambahkan 15 ml aquades.
8)   Kemudian titrasi dengan 1 N FeSO4 hingga warna menjadi kehijau-hijauan.
9)  Langkah-langkah ini diulangi tanpa contoh tanah untuk keperluan blanko. Fungsi analisis blanko adalah untuk koreksi alat-alat maupun bahan atau reagensia murni atau tidak dan juga untuk perhitungan.
     
     Reaksi-reaksi :
     2 K2Cr2O2 + 8 H2SO4   2 K2SO4 + 2 Cr(SO4)3 + 8 H20 + 3 O2 + x cal
              C + O   CO + sisa oksidator
     K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4     Cr(SO4)3 + 3 Fe2(SO4)3 + K2SO4 + 7 H2O
     
     Perhitungan :

          Dalam penetapan bahan organik secara metode Walkley dan Black nilai kebenarannya 77% bila dihitung menurut metode Denstedt nilai kebenarannya 100%. Analisisnya disebut analisis kuantitatif volumetric oksidimetris.
     
     Rumus kadar bahan organik = (C) 100/58    = ………….% 


Dimana N = normalitas. Ml N B = m.eq blanko. Ml N A = m.eq baku


3 berasal dari kadar rata-rata C dalam bahan organik 58%
KL=kadar lengas contoh tanah.

1.     PENETAPAN NITROGEN TOTAL DALAM TANAH
ü  Alat dan Bahan
a.  Alat
Labu Kjeldahl 100 ml, saringan 0,5 mm, 1 gram campuran selen, 3 ml H2SO4 pekat,  alat destruksi, alat penyulingan, gelas ukur 50 ml dan 100 ml, Erlenmeyer 100 ml, buret dan neraca
b.  Bahan
Tanah 1 gram yang telah halus, 1 gram campuran selen, 3 ml H2SO4 pekat, Asam sulfat pekat, campuran selenium, asam borat 1 %, asam sulfat 0,05 N, natrium hidroksida 30%, indicator cam

ü  Tahapan kerja penetapan nitrogen total dalam tanah :
1)    Timbang 1 gram tanah yang telah halus (telah diayak dengan saringan 0,5 mm) dan masukkan kedalam labu Kjeldahl 100 ml.
2)   Tambahkan 1 gram (1 sendok) campuran selen dan 3 ml H2SO4 pekat.
3)   Kemudian panaskan diatas alat destruksi, mula-mula dengan nyala kecil selama 15 menit, kemudian nyala dibesarkan hingga larutan jernih. Pemanasan dilanjutkan hingga 15 menit.
4)   Encerkan dengan air murni samapai 100 ml, dan 20 ml NaOH 30%.
5)   Setelah itu labu penyuling segera dihubungkan dengan alat pendingin dan disulingkan.
6)   Sulingan ditampung dalam Erlenmeyer 100 ml yang telah diisi dengan 15 ml asam borat 1% dan 1 tetes penunjuk campuran, kemudian ditambah dengan indikator N.
7)   Penyulingan dihentikan setelah 10 menit dihitung sejak tetes pertama.
8)   Amoniak yang tersuling diliter dengan H2SO4 0,05 N sampai warna mulai menjadi merah.
9)   Disamping itu diadakan penetapan Blanko.
10)  

Perhitungan:
     Persen N-total = (ml contoh – ml blanko) X N H2SO4 X 1,4

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penetapan Kadar Air Tanah (Kering Udara)

Hari/ Tanggal     : Kamis, 28 Oktober 2010
Tempat            : Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Kampus Sudirman
Waktu             : 15.00

Diketahui :
          1.     Berat Tin I    = 5,490 gram
          Berat Tin II  = 5,428 gram

          2.    Berat Tin I  + Berat Tanah Sebelum Dioven  = 5,490 + 10 = 15,490 gram
          Berat Tin II + Berat Tanah Sebelum Dioven  = 5,428 + 10 = 15,428 gram

          3.    Berat Tin I + Berat Tanah Setelah Dioven    = 15, 416 gram
          Berat Tin II + Berat Tanah Setelah Dioven   = 15,325 gram

          4.    Berat Tanah Tin I Kering Mutlak         = 15,416 – 5,49      = 9,926 gram
          Berat Tanah Tin II Kering Mutlak       = 15,325 – 5,428    = 9,897 gram

Ditanya : Kadar Air Kering Udara (%air).........?

Jawab :






















B. Penetapan Kadar Air Kapasitas Lapang

Hari/ Tanggal     : Kamis, 28 Oktober 2010
Tempat            : Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Kampus Sudirman
Waktu             : 15.00

Diketahui :
  1. Berat Tin I  = 5,2 gram
Berat Tin II          = 5,4 gram
  1. Berat Kering Mutlak Tanah (Berat Tanah + Tin)
Berat Tin I Kering Mutlak         = 13,757 – 5,2        = 8,557 gram
Berat Tin II Kering Mutlak       = 13,945 – 5,4        = 8,545 gram
Ditanya : Kadar Air Kapasitas Lapang............?
Jawab :
















C. Penetapan Kemasaman Tanah (pH) dan Penetapan Kadar Garam Total

Hari/ Tanggal     : Kamis, 28 Oktober 2010
Tempat            : Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Kampus Sudirman
Waktu             : 15.00

Diketahui :

 1.  Penetapan Kemasaman Tanah (pH)
pH tabung plastik I         = 5,32
pH tabung plastik II       = 5,35








1.  Penetapan Kadar Garam Total
Penetapan Kadar Garam Tabung I        = 4,06
Penetapan Kadar Garam Tabung II      = 5,47 







D. Penetapan Kadar Bahan Organik Tanah

Hari/ Tanggal     : Kamis, 18 November 2010
Tempat            : Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Kampus Sudirman
Waktu             : 15.00

Diketahui :

A       = 0,4 ml
B        = 1 ml
N       = FeSO4 = 1
Ku      = 0,87

Ditanya : C organik (%).......................?

Jawab:







E. Penetapan Nitrogen Total dalam Tanah

Hari/ Tanggal     : Kamis, 2 Desember  2010
Tempat            : Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Kampus Sudirman
Waktu             : 15.00

Hasil nitrogen dari sampel tanah di Desa Kubu, Karang Asem adalah :

Blanko                   = 0,6
Sampel                  = 1,7 – 0,6 = 1,1

Persen N total       = (ml contoh – ml blanko) x N H2SO4 x 1,4
                             = (1,1 – 0,6) x 0,05 x 1,4
                             = 0,5 x 0,05 x 1,4
                             = 0,035% x 100%
                             = 3,5%

--fin--

No comments:

 

Most Reading

EDUPEDIA

Powered by Blogger.