written by edupedia
Hendra Dwi Prasetyo //Citra O.S. Prasetyo
Cacing tanah dapat
menumbuhkan kembali ekor, dengan catatan bagian yang terpotong kurang dari
panjang tubuh cacing dan cacing tanah tidak
dapat menumbuhkan kepala jika terpotong. Secara umum kepala cacing tanah
terletak pada bagian yang paling dekat dengan clitellum. Mereka
biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat. Clitellum adalah segmen pada cacing tanah (mirip
korset) tempat kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari
sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya di dalam kokon
ini.
Ukuran dan bentuk tubuh cacing
tanah
memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Bentuk
tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin. Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar
dan dalam tubuhnya. Antara
satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh
darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen
lainnya saling berhubungan menembus septa.
Rongga tubuh cacing tanah berisi
cairan yang berperan dalam pergerakkan cacing
tanah
dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar
(sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal). Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri
dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.
Cacing ini sudah memiliki
pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya
mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari
esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Sistem saraf cacing tanah
adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada
anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia,
nefrostom, dan nefrotor. Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupakan organ
ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam
tubuh. Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat
sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
Cacing tanah umumnya
bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang
bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual cacing tanah menjadi satu dengan individu
(hermafrodit).
Selama periode kekeringan, beberapa spesies cacing tanah akan
kehilangan ciri-ciri seksual sekunder untuk sementara, seperti hilangnya
clitellum. Saat keadaan membaik, clitellum akan terbentuk kembali. Clitellum
juga bisa menghilang pada usia tua.
Cacing tanah bernapas dengan kulit mereka yang tipis. Kulit
cacing harus tetap lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup
oksigen yang sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh
hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka
mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif
terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit
mereka kering. Cacing tanah adalah hewan
berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak mampu menghasilkan panas tubuh.
Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan
tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat menyusut dan
meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah. Cacing tanah tidak
memiliki tulang, gigi, mata, telinga atau kaki. Cacing tanah memiliki lima
jantung.
Kandungan utama dalam tubuh cacing tanah adalah protein
(64-76%), kandungan lainnya: lemak, kalsium, fosfor dan serat.
Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensitif terhadap
cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya
dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga memiliki
kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap rangsangan kimia. Organ-organ perasa
pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka).
--fin--
No comments:
Post a Comment