WRITTEN BY: EDUPEDIA
HENDRA D. PRASETYO. // CITRA O. S. PRASETYO.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Merubah pola kebiasaan petani di
Indonesia yang telah mengadopsi pertanian konvensional selama lebih kurang 25
tahun tidaklah mudah, untuk itu harus dilakukan pembinaan secara bertahap dan
berkesinambungan melalui kegiatan
edukasi dan sosialisasi teknologi pertanian. Perkembangan teknologi di bidang
pertanian demikian pesat, sehingga mereka yang tertinggal dalam memanfaatkan
kemajuan teknologi tidak akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan
usaha yang dilakukannya. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian
yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh
semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor
industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin tidak
kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya pertanian sistem
hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang memiliki lahan sempit
atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang dapat
dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai. Dalam pengertian secara epistemologi
mengenai pertanian hidroponik memiliki pengertian yang berkaitan dengan suatu
sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang
berisi larutan nutrient. Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam
rumah kaca (greenhouse)
untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar-benar
terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim dll.
Beberapa keunggulan budidaya sistem hidroponik antara lain adalah: (1)
kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat
penggunaan lahan; (2) mutu produk (bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan/higiene) dapat dijamin karena
kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca; (3)
tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan pasar.
Jenis
hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk tempat berdiri
tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau
disiramkan secara manual. Media tanam tersebut dapat berupa kerikil, pasir,
gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya air). Yang terpenting
adalah bahwa media tanam tersebut suci hama sehingga tidak menumbuhkan jamur
atau penyakit lainya. Berbeda dengan sistem pertanian konvensional yang
terlihat nyata mengalami kontak langsung dengan faktor alam lainnya seperti
cahaya matahari, iklim, tanah, serta penyakit tanaman. Dari beberapa faktor penghambat pertanian konvensional, sebenarnya yang
menjadi pokok permasalahan utama lahan pertanian konvensional :
1.
Mengandung racun residu sisa pestisida kimia dan
penggunaan pupuk kimia berlebih. Jadi dalam hal ini harus dilakukan konversi
lahan (pembersihan sisa-sisa pestisida ataupun pupuk dari kegiatan pertanian sebelumnya)
terlebih dahulu dan itu merupakan pekerjaan yang memakan waktu begitu lama
sampai menuju lahan organik(hasil dari konversi lahan),
2.
Biota tanah
yang berkurang ( sebagai penyedia, pengikat unsur hara dan penyeimbang
kestabilan ekosistem tanah ).
Jika kita sudah menaruh perhatian untuk menumbuhkan
tanaman dengan hidroponik, pengontrolan adalah hal yang penting dilakukan.
Komposisi pupuk, pemberian insektisida yang cukup (meskipun tak perlu yang
manjur, karena hama penyakit tanaman dari tanah tidak ada atau sedikit saja di
media bukan tanah), kesterilan media dan pengairan secara teratur harus
disorot. Namun pada hidroponik juga memiliki kelemahan, apalagi jika
mengabaikan sistem pengontrolan. Menanam di udara terbuka mendatangkan
persoalan baru yaitu kondisi cuaca yang selalu berubah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidroponik
Merujuk asalnya, istilah hidroponik
atau hydroponics berawal dari bahasa Latin, hydro berarti air dan ponos berarti
kerja. Secara umum, sistem hidroponik berarti sistem budi daya pertanian tanpa
menggunakan media tanah, tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrien.
Jika dibandingkan dengan sistem penanaman secara tradisional, sistem ini
memiliki beberapa keunggulan, yaitu kepadatan tanaman per satuan luas dapat
dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan lahan, terjaminnya mutu produk,
baik bentuk, ukuran, rasa, warna, maupun kebersihannya karena kebutuhan nutrisi
tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca (Zulkarnaen,2006). Selain itu, sistem hidroponik tidak mengenal musim atau waktu tanam
sehingga panen dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar. Dalam pengembangan
hidroponik, ada dua jenis media yang dipakai, yakni media nontanah dan media
air. Yang dimaksud media nontanah adalah pasir, arang sekam padi, zeolit,
rockwoll, gambut, dan sabut kelapa. Sedangkan media air biasanya mengandung
nutrien atau pupuk yang bersirkulasi sebagai media.
Mungkin,
bagi sebagian besar orang tidak akan percaya di antara ratusan tomat yang
dimakan tidak tumbuh di atas tanah melainkan di air. Seperti percobaan yang
yang dilakukan salah satu bapak hidroponik, Dr.W.F.Gericke dari Universitas
California pada tahun 1930-an. Latar belakang Gericke meneliti sistem
hidroponik ini, karena ia melihat luas tanah di sekelilingnya terasa semakin
menciut untuk ditumbuhi berbagai tanaman(Slamet, Sugiyo. 2005).
Hasil penelitiannya yang mudah dan praktis ini pun cepat diketahui se-antero Amerika. Bahkan
tentara-tentara Amerika yang dinas di pulau-pulau gersang dan terisolasi pun
ikut menumbuhkan tanaman sayuran di ruang tertentu dengan menggunakan sistem
hidroponik. Begitu pula di Jepang, yang didirikan segera setelah Perang Dunia
II berakhir untuk persediaan makanan bagi tentara pendudukan Amerika. Sejak
saat itu, banyak dibuat unit hidroponik yang berskala besar di Meksiko, Puerto
Rico, Hawaii, Israel, Jepang, India, dan Eropa. Dan lebih kompleks lagi,
hidroponik dijadikan sebagai bisnis besar dan diselenggarakan projek riset
terhadapnya, juga banyak berdiri perusahaan-perusahaan yang menaruh perhatian
pada bidang bercocok tanam paling logis di bumi dengan penduduk yang terus
bertambah(Slamet, Sugiyo.2005).
Menurut Nicholls (1986), semua ini dimungkinkan
dengan adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya.
Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan
makanan serta air yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga
dukungan yang diberikan tanah dan pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di
mana akar tanaman yang tumbuh di atas tanah menyerap air dan zat-zat vital dari
dalam tanah, yang berarti tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan
diberikan cukup air dan garam-garam zat makanan (Zulkarnaen,2006).
Manipulasi yang dapat dilakukan
selain perlakuan di atas adalah pengontrolan. Dengan perawatan rutin (sehari
hanya memakan waktu maksimal 20 menit), kita dapat menikmati bermacam
buah-buahan, sayur-sayuran, dan rempah-rempah tanaman obat. Metode hidroponik
“mengizinkan” orang-orang yang tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan
juga mahasiswa yang bertempat di tempat kos untuk menikmati buah dari tangan
dingin di tempat sendiri. Karena, ya… itu tadi, tidak perlu tanah! Keuntungan
yang diperoleh pun cukup berlimpah. Pada bidang tanah yang sempit dapat ditumbuhi
lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Lantas hasil tanaman buah dapat
menjadi lebih masak dengan cepat dan lebih besar. Air dan pupuk dapat lebih
awet karena dapat dipakai ulang. Nicholls (1986) menambahkan pula, hidroponik
memungkinkan kita untuk mengatur tanaman lebih teliti dan menjamin hasil yang
baik dan seragam.
2.2 Green House
Kecuali blueberry yang jenisnya
berkambium dan pohonnya besar, syarat untuk membuat beri hidroponik harus ada
green house yang tertata dengan baik. Green house berfungsi sebagai wahana
pelindung tanaman. Di dalam green house tanaman diatur suhu, kelembaban,
tekanan udara, serta derajat keasamannya (pH) yang disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman beri. Derajat keasaman yang cocok untuk tanaman beri berkisar lima
hingga enam, kecuali blueberry cocok dengan pH empat hingga lima(Slamet, Sugiyo.2005).
Perlakuan itu semua bertujuan agar
pertumbuhan tanaman terkontrol, jauh dari berbagai macam penyakit, serta bebas
dari pengaruh cuaca luar yang tidak bersahabat. Selain itu, agar kontinuitas
produksi tanaman berjalan dengan baik. Dalam penanaman strawberry, pengaturan
suhu memegang peranan penting. Oleh karena itu, biasanya green house dilengkapi
dengan kitiran atau kipas yang berfungsi untuk sirkulasi udara, terutama jika
siang hari suhu di dalam green house terlalu panas.
Jika semua persyaratan itu telah
terpenuhi, masa pembuahan yang diawali dengan perkembangan bunga akan lebih
cepat. Biasanya pada masa ini disebarkan ribuan ekor lebah jenis Melivera ke
dalam green house. Penyebaran lebah bertujuan agar proses pembuahan benang sari
ke putik berlangsung sempurna. Tanpa bantuan lebah, pengalihan benang sari ke
putik tidak akan terjadi karena terbatasnya angin di dalam green house. Dari
biaya produksi, pembuatan green house terbilang lebih efisien. Pasalnya,
penggunaan air, pupuk, dan pestisida bisa dikurangi.
Tanaman beri yang dibudidayakan di dalam green house membutuhkan cahaya
dengan panjang gelombang sekitar 400 - 700 nanometer (Photosynthetically Active
Radiation). Untuk itu, dibutuhkan penutup yang sesuai dengan kisaran panjang
gelombang tersebut. Agar bisa mendukung syarat ini, diperlukan bahan fiberglass
dan polyethylene. Jika menggunakan bahan acrylic dan polycarbonate justru
cenderung akan meneruskan cahaya, bukan menyebarkannya(Zulkarnaen,2006).
2.3 Strawberry
Strawberry
merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili,
Amerika. Salah satu spesies tanaman strawberry yaitu Fragaria chiloensis L.
menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain,
yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas
dibandingkan spesies lainnya. Jenis strawberry ini pula yang pertama kali masuk ke
Indonesia(Wikipedia).
Strawberry merupakan buah yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Daya tarik
buah ini terletak pada warnanya yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil,
menarik, dan rasanya yang manis segar. Negara penghasil utama strawberry di
dunia adalah Amerika Serikat dengan produksi sekitar 224.000 ton per tahun
(Gunawan, 1995). Dibandingkan dengan luar negeri, usaha strawberry di Indonesia
masih tergolong pada skala kecil.
Tanaman strawberry dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya. Strawberry adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 oC. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman strawberry antara 80-90%.
Tanaman strawberry dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya. Strawberry adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 oC. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman strawberry antara 80-90%.
Klasifikasi ilmiah
tanaman strawberry adalah sebagai berikut :
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo :
Rosales
Famili
: Rosaceae
Upafamili :
Rosoideae
Genus :
Fragaria
Spesies :
F. × ananassa
2.4 Paprika
Paprika
(Capsicum
annuum L.) adalah tumbuhan penghasil buah yang
berasa manis dan sedikit pedas dari suku terong-terongan atau Solanaceae).
Buahnya yang berwarna hijau, kuning, merah, atau ungu sering digunakan sebagai
campuran salad.
Dalam pengertian internasional, paprika dipakai untuk menyatakan hampir semua varietas
C.
annuum, termasuk yang pedas. Nama-nama tertentu, seperti pepperoni, diberikan untuk
paprika dengan ciri penampilan, penggunaan, atau rasa yang khas. Tanaman ini
berasal dari Amerika Selatan namun kini tersebar luas dan dibudidayakan di
hampir semua daerah tropika dan subtropika(Wikipedia).
Paprika merupakan
salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan
dalam negeri masih terbuka lebar karena pasokan lebih kecil dibandingkan
permintaan. Produksi dalam negeri masih terbatas, karena paprika
merupakan tanaman yang memerlukan kondisi agroklimat dan terbatas pada
daerah dataran tinggi. Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia,
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk (khususnya perkotaan) berupa
menu sayuran permintaan terhadap paprika menunjukkan peningkatan. Paprika yang
lebih dikenal dengan nama cabai manis ini banyak ditemukan di pasar swalayan,
dan juga di pasar tradisional di daerah perkotaan. aprika adalah tanaman
subtropis sehingga akan lebih cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian di
atas 1000 m dpl. (di atas permukaan laut). Klasifikasi ilmiah tanaman paprika
adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Asterids
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : C. annuum
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Asterids
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : C. annuum
BAB III
ISI
3.1
Hidroponik Strawberry
3.1.1 Lokasi
dan Waktu
Lokasi Hidroponik : Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan) di Desa Wanagiri,
Kawasan Wisata Bedugul, Kabupaten Buleleng.
Pemilik :
Made Jane
Waktu Studi Lapang :
Sabtu, 30 Oktober 2010
Luas Lahan
: 4 are
3.1.2 A.Sistem Pertanian pada
Gapoktan
Sistem pertanian yang digunakan adalah sistem pertanian
konvesional dan hidroponik yang meliputi tanaman sayur-sayuran, cabe merah,
tomat, wortel, kentang, paprika, buah strawberry
hingga tanaman hias seperti anggrek, dll. Sistem hidroponik yang digunakan
sangat bermanfaat yakni kualitas buah jauh lebih bagus bila dibandingkan dengan
tanaman buah strawberry yang konvesional, buah tidak cepat busuk, pengiritan
tenaga kerja di lapangan, dan persaingan sehat terjadi antara para petani.
3.1.2 B.Topografi
dan Agroklimatolgi Lokasi Hidroponik
Topografi :
Desa Wanagiri terletak pada 1200,55 meter diatas permukaan
laut sehingga baik untuk penanaman hidroponik buah strawberry.
Agroklimatologi :
Suhu di desa ini juga mencapai suhu yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman hidroponik yakni fluktuatif pada pagi hari suhunya berkisar
15oC dan pada siang hari suhunya berkisar pada 21 oC - 24 oC.
1.
Pembibitan
Pada pembudidayaan hidroponik buah strawberry dipilih jenis
bibit sebagai berikut :
a.
Sweet sally : bibit yang
menghasilkan buah strawberry yang kecil namun
agak manis.
b. Rosalinda : bibit yang menghasilkan buah strawberry
yang besar, padat, kecut dan kadar air yang rendah.
c. Erlisbray :
bibit yang menghasilkan buah strawberry yang kadar airnya mencapai 80% sehingga
bila dibandingkan dengan yang lain, daya pengiriman buah ini atau kebutuhan
para konsumen lebih tinggi daripada buah strawberry lainnya.
Langkah-langkah pembibitan adalah :
1. Cangkok
2. Cutting
(pemotongan)
3. Sekam dicuci terlebih dulu
hingga steril. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pembusukan.
4.
Persiapan
Lahan
Diperlukan media arang sekam, plastik, penyangga tiang, tong
irigasi, stick irigasi, pompa air, dan tong air.
5.
Proses
Penanaman
Sebaiknya bibit yang akan ditanam di media arang sekam
sebelumnya dikondisikan selama sebulan dan saat penanaman usahakan perakaran
tidak rusak saat membuka polibag.
6.
Pemupukan
Pada hidroponik strawberry, pemupukan kimiawi ditekan hingaa
50 %, hal ini demi permintaan dari konsumen. Selain itu, dengan penggunaan
pupuk kimiawi yang terbatas membuat buah tidak cepat busuk. Pupuk yang
digunakan adalah semi organik yakni
abemid, Hormax, Bio-Extrim, dengan takaran sebagai berikut:
Pencampuran pupuk dengan air murni (steril) bertujuan
pensitrasian pupuk oleh tanaman dengan takaran 1 gelas untuk setiap 1 pohon per
1 hari.
7.
Pengaturan
Irigasi
Dalam hidroponik diperlukan media berupa Pada pengaturan
irigasi hidroponik strawberry ditekankan bahwa pengaturan fluktuasi kelembapan
pada media tanah.
8.
Perlakuan
1.
Polinasi atau penyerbukan.
Dilakukan secara manual dengan melakukan penyerbukan pada buah yang berukuran
kecil. Hal ini bertujuan untuk lebih memaksimalkan hasil buah.
2.
Pemotongan daun buah.
Bertujuan untuk memudahkan proses fotosintesis pada tanaman karena pada daun
yang terlalu lebat dapat menghambat laju sinar matahari yang mengakibatkan daun
tidak bisa berfotosintesis. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan buah.
3.
Pemotongan tangkai buah.
Ditujukan untuk spesifikasi asupan fotosintat dan karbohidrat pada buah.
4. Mensortir
bunga. Bertujuan untuk memperoleh kualitas buah yang diinginkan.
5. Pemupukan
dilakukan pada waktu tengah hari yaitu pada pukul 11.00 – 11.30
9.
Pemeliharaan
dan Penyiraman
A. Pemeliharaan
Hama yang menyerang strawberry adalah treat, mite, ulat daun
hijau (pada tanaman konvesional). Sedangkan penyakit yang menyerang strawberry
adalah jamur buah dan karat daun. Penanganannya dengan menggunakan insektisida
yang dikeluarkan oleh IPB dan fungisida serta zat/obat kimia yang diperkenalkan
oleh pemerintah yang residunya aman.
B. Penyiraman
Tanaman disiram sebanyak 1 x sehari, tergantung cuaca yang
ada, yakni jika panas tanaman akan disiram pada pukul 11.00 dan jika mendung
tanaman akan disiram pada pukul 11.30. Tanaman strawberry hanya membutuhkan
penyiraman sekali saja karena apabila penyiraman dilakukan berulang-ulang atau
lebih dari 1 kali, maka buah menjadi kuning dan kecil. Kelembapan pada media
yang dibutuhkan strawberry ialah 70%. Jika kelebihan akan membuat tanaman cepat
mati.
10.
Panen
Tanaman akan dipanen setelah 2 bulan penanaman dengan jumlah 3kg
buah/are. Luas areal hidroponik yaitu 4 are sehingga jumlah buah untuk setiap
kali panen adalah : 3kg x 4 are = 12kg. Pada
saat pemetikan harus diusahakan agar tidak merusak ranting atau tanaman yang
masih muda.
11.
Pasca
Panen
Setelah pemanenan buah dilakukan tahap pengemasan meliputi :
1.
Sortir buah berdasarkan
kelas dimana kelas pada buah strawberry mempunyai 3 macam kelas yaitu:
a. Kelas
A : besar mulus
b. Kelas
B : lebih kecil
c. Kelas
C : kecil
2.
Daun kelopak tidak boleh
hilang. Hal ini dimaksudkan agar buah dalam kemasan nampak segar.
3.
Pengemasan dilakukan
dengan plastik mika yang dilubangi tengahnya
4.
1 kemasan berisi 250 gram
yaitu sekitar -/+ 30 biji untuk tipe kelas A.
5.
Harga, harga strawberry
dibedakan berdasarkan kelas:
a.
Kelas A mempunyai kisaran
harga Rp 30.000 – 35.000/kg
b.
Kelas B mempunyai kisaran
harga Rp 25.000/kg
c.
Kelas C mempunyai kisaran
harga Rp 20.000/kg
d.
Kelas Frozen mempunyai
kisaran harga Rp 15.000/kg
Catatan : untuk kelas frozen sebaiknya didinginkan dalam
lemari es karena kelas frozen dapat diolah.
3.2
Hidroponik Paprika
1. 1. Hidroponik Paprika
1.
Lokasi
dan Waktu
Lokasi Hidroponik : Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Dusun Kembang Mata,
Desa Candi Kuning, Kawasan Wisata
Bedugul, Kabupaten Tabanan.
Pemilik :
Ketut Semara
Waktu Studi Lapang :
Sabtu, 30 Oktober 2010
Luas Lahan :
16 are
2.
Sistem
Pertanian pada Gapoktan
Sistem pertanian yang didapuk oleh bapak Ketut selaku pemilik
adalah pertanian konvesional yang berupa strawberry, wortel, selada, cabai, dll
serta pertanian hidroponik berupa paprika.
3.
Topografi
dan Agroklimatolgi Lokasi Hidroponik
Topografi :
Dusun Kembang Mata terletak pada 1200,55 meter diatas
permukaan laut sehingga baik untuk penanaman hidroponik buah strawberry.
Agroklimatologi :
Suhu di desa ini juga mencapai suhu yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman hidroponik yakni fluktuatif pada pagi hari suhunya berkisar
15oC dan pada siang hari suhunya berkisar pada 21 oC - 24 oC.
4.
Pembibitan
Benih paprika sebelum ditanam di
dalam greenhouse disemai dahulu agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan
tanam nanti. Teknis pembibitan paprika adalah sebagai berikut :
·
Benih terlebih dahulu
direndam dengan air hangat kuku selama 30 menit.
·
Media tanam berupa arang
sekam atau rockwool dibasahi dengan air bersih dan dipastikan agar media basah
sampai merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.
·
Apabila menggunakan media
Rockwool, dibuat lubang kecil pada Rockwool dan apabila menggunakan arang sekam
dibuat garitan kecil yang saling berpotongan.
·
Benih akan berkecambah
dalam waktu ± 7 hari, plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat
yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.
·
Bibit siap ditanam ke
greenhouse produksi setelah berumur ± 21-30 hari di polybag.
5.
Proses
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan
memindahkan bibit yang telah berumur + 21-30 hari pada media tanam yang lebih
besar yang telah disusun di dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk
penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara :
·
Bibit diletakkan di sisi
polybag untuk penyesuaian cuaca.
·
Media tanam disiram sampai
basah dengan larutan hara sebanyak 2 liter.
·
Regulating stick dicabut
dan dikeluarkan dari media.
·
Bagian tengah media
dilubangi dan tambahkan karbofuram 1 g/polybag.
·
Bibit disiram dan
dikeluarkan beserta medianya dengan cara membalikkan polybag bibit sambil
menyangga bibit dengan tangan.
·
Bibit dimasukkan ke lubang
tanam, dan media dirapatkan di sekitar batang.
·
Regulating stick dipasang
kembali.
6.
Pemupukan
Pada hidroponik paprika,
pupuk yang digunakan adalah semi organik
yakni abemid dengan takaran sebagai berikut:
Pencampuran pupuk dengan
air murni (steril) bertujuan pensitrasian pupuk oleh tanaman dengan takaran 1
gelas untuk setiap 1 pohon per 3 x sehari
Catatan : apabila kelebihan pupuk maka gejala fisiologis pada tanaman
akan nampak berupa daun kuning, dan untuk menanggulangi kelebihan pupuk
tersebut, digunakan air steril yang berupa penyemprotan.
7.
Pengaturan
Irigasi
Menggunakan pompa air, jadi dalam
pengaturan irigasi pada hidroponik paprika dilakukan secara manual yakni
disiram selama -/+ 5 menit. Apabila keadaan cuaca mendung maka penyiraman
dilakukan selama 5 menit, sebaliknya apabila cuaca dalam keadaan cerah maka
penyiraman dilakukan selama 7 menit.
8.
Pemeliharaan
dan Penyiraman
Pemeliharaan tanaman paprika meliputi
pemupukan, pengajiran, pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan
penyakit.
Pemupukan dilakukan bersamaan
dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian ditampung di
dalam tangki air untuk irigasi tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung
pada kondisi cuaca dan umur tanaman.
Pengajiran dilakukan dengan
melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan
penopangan tanaman akan diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan
produksi secara maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan
pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam.
Pemangkasan dilakukan untuk
membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal.
Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan
daun dan pemangkasan bunga.
·
Pemangkasan cabang dan
tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun
sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang
dipelihara tumbuh dan mekar.
·
Pemangkasan daun dilakukan
dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tua dan sakit serta
daun yang terlalu rimbun.
·
Pemangkasan bunga
dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yang muncul
sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya
dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.
Hama yang menyerang paprika adalah treat,
mite, ulat daun hijau. Sedangkan penyakit yang menyerang strawberry adalah glemor
(busuk buah) yang dikarenakan oleh lembab, angin. Penyakit masuk melalui
polybag. Selain itu penyakit karat daun juga menyerang paprika yang dikarenakan
oleh lembab. Penanganannya dengan menggunakan pestisida alami.
9.
Panen
Umur paprika yang tepat saat panen
adalah 1,5 bulan dengan berat maksimal 3-4 kg. Dalam pemanenan perlu
diperhatikan beberapa hal seperti waktu dan cara pemanenan. Berdasarkan waktu,
pemanenan dibagi menjadi 2, yaitu panen buah matang hijau. Penggolongan ini
disesuaikan dengan permintaan pasar dan harga jual. Pada saat pemetikan harus
diusahakan agar tidak merusak ranting atau tanaman yang masih muda. Buah
paprika sebaiknya dipanen beserta tangkai buahnya dengan menggunakan gunting
atau pisau tajam. Diusahakan agar tangkai buah tidak terlepas dari buah atau
tertinggal di cabang tanaman karena buah akan mudah terserang patogen.
10.
Pasca
Panen (Pengemasan)
Pada tahap pascapanen, buah paprika
yang telah dipanen dicuci. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran
dan sisa pestisida yang ada pada buah paprika. Selain itu, pencucian ini juga
bertujuan untuk menurunkan panas lapang buah sehingga transpirasi buah menurun.
Setelah dilakukan pencucian, buah paprika kemudian disortasi dan digrading.
Harga paprika hijau berkisar Rp 15 rb, sedangkan harga paprika merah berkisar
Rp 20-25 rb.
3.3.
Tanya Jawab
Pertanyaan :
1. Apa
kelebihan menanam secara hidroponik?
2. bagaimana
sistem irigasi tanaman strowberi?
3. Mengapa
kelebihan unsur hara dapat menyebabkan daun menguning. Mengapa demikian? Dan
bagaimana pengaturan irigasi yang baik?
4. Hama
dan penyakit apa yang dapat menyerang tanaman strowberi (hidroponik) ?
5. Bagaimana
cara pemasaran buah strowberi hingga dapat mencapai restaurant, hotel-hotel
yang terkenal?
6. Mengapa
pada paprika daunnya mengalami kerontokan dan buah yang dihasilkan keci-kecil?
7. Berapa produksi paprika/ harinya dalam luasan 5 are?
8. Apakah
ada mediatana tanam lain yang digunakan dalam tanaman hidroponik?
Jawaban :
1. Kelebihan
menanam secara hidroponik adalah :
·
Kualitas buah yang
didapat jauh lebih bagus dibandingkan
hasil dari konvensional.
·
Kontinyuitas pasaran baik.
·
Tidak terjadi pembusukan buah
karena buah dilindungu dari rumah plastik.
·
Mengefisiensikan
tenaga kerja, dan sanitasi lingkungannya.
·
Jumlah penanaman dapat
mengefisiensikan tempat.
2. Irigasi
tanaman stroberi menggunakan pompa air. Apabila pada pagi hari cerah maka
tanaman akan diirigasikan selama 7 menit, sedanghkan apabila pada siang hari
memiliki cuaca yang mendung tanaman akan diirigasikan dalam jangka waktu 5
menit.
3. Mengapa
daun dapat menjadi kuning, karena pada tanaman stroberi tersebut mengalami
kelebihan pupuk dimana diakibatkan oleh pupuk yang diberikan secara terus
menerus mengendap pada akar tanaman.
4. Hama
yang menyerang tanaman stroberi hidroponik adalah trip, ulat daun yang hijau, sedangkan untuk penyakitnya
adalah buah busuk, karat daun (yang disebabkan cuaca yang lembab).
5. Pemasarannya
dapat mencapai restaurant dan hotel-hotel yang terkenal karena yakin memiliki
kemampuan untuk menargetkan produksi buah dan kualitas buah yang dihasilkan.
6. Karena
tanaman paprika tersebut terkena penyakit yang mengakibatkan buah lembek, buah
yang dihasilkan kecil. Hal ini dapat diatasi dengan pemanenan hasil lebih awal.
7. Produksi
paprika/harinya adalah 10 kg/ hari/ 5 are
8. Media
tanaman yang ada selain arang sekam adalah spon, nnamun yang paling baik dan
cocok untuk tanaman stroberi dan paprika adalah menggunakan arang sekam.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada
study lapang kali ini kami mahasiswa telah dapat banyak manfaat, diantaranya
bagaimana dapat mengetahui keunggulan dari tekhnik penanaman dengan teknik
hidroponik. teknik hidroponik, sangat berbeda dengan pertanian konvensional
yang menggunakan sistem tanam pada lahan terbuka. Tentu pada keduanya memiliki perbedaan yang signifikan satu sama lain.
Dimana, Pada pengembangan teknologi budidaya
hidroponik lebih banyak mempunyai kelebihan dibandingkan pertanian konvensional, diantaranya:
a. Kualitas buah lebih baik dibandingkan dengan pertanian
teknologi konvensional;
b. Kontunuitas konsumen lebih dapat di manage, karena terjadi
sitem kontrak;
c. Jarang terjadi dihasilkan pembusukan buah pada suatu arel
hidroponik;
d. Apabila dilihat dari segi ekonomis, biaya tenaga kerja lebih
dapat diminimalisir;
e. Pemeliharaan jauh lebih baik dan mudah;
f. Sanitasi lebih baik, atau lebih mudah dikerjakan;
g. Jumlan kuantitas penanaman lebih banyak.
Kelebihan-kelebihan diatas
merupakan data yang signifikan petani lebih condong ke pertanian hidroponik,
apabila dilihat dari segi keuntungannya.
Namun dari itu semua, masih kurangnya pengetahuan petani (petani kurang
pendidikan) yang tidak memahami sistem kerja pertanian hidroponik mengakibatkan
kemunduran “Go Hidroponik”. padahal,
apabila ditimbang-timbang dan di hitung pertanian hidroponik jauh lebih
menguntungkan daripada pertanian konvensional.
Inpirasi yang Timbul
Dalam
study lapang kali ini banyak manfaat yang mahasiswa dapatkan, dimana telah
banyak membuka wawasan yang timbul setelah mengikuti study lapang kali ini.
Pemikiran/ide2 yang datang mungkin tidak terbayang sebelumnya, ketika mahasiswa sebelum
melaksanakan study lapang pertanian hidroponik ini. Begitu banyak konsep yang
ada, begitu banyak tekhnik yang dihasilkan.
Pada
kesempatan ini mahasiswa mempunyai ide bagaimana suatu lahan yang sempit dapat
banyak menghasilkan rupiah yang melimpah?
Jadi
konsepnya, mahasiswa berangan-angan disuatu saat nanti membuat suatu sistem
pertanian dengan menggunakan sistem tekhnologi hidroponik di suatu lahan yang
tidak terlalu luas. Di lahan tersebut mahasiswa membangun suatu rumah makan+kebun
hidroponik (hidroponik strawberry). pada halaman depan mahasiswa ingin
membangun rumah makan atu kedai. Dan pada halaman belakang mahasiswa akan
membangun kebun strawberry+sekolah pertanian hidroponik. jadi, konsep ini
berpacu pada ekonomi keuntungan agribisnis yang tak melupakan edukasi pada
pengunjung terutama bagi pengunjung anak-anak. Yang nantinya bakalan menjadi
penerus pengembangan pertanian hidroponik. di usaha ini pula bakalan banyak
minat dari kalangan remaja yang takut terik sinar matahari(kulit terbakar),
disini pertanian hidroponik yang memakai
Green House jadi terik matahari tidak
langsung terkena kulit, hal ini mencegah pembakaran pada kulit. Dijamin kulit
tetap terawat dan tetap bersih.
Pada
kedai rumah makannya, mahasiswa memakai kedai tersebut dengan berbagai konsep,
dimana dalam hidangan varians menunya beragam namun tetap memakai konsep alam.
Menu mahasiswa dari hasil panen yang ada pada kebun strawberry, jadi pengunjung
memetik sendiri lalu hasil petikan dibawa ke kedai akan diolah menjadi beberapa
makanan dan minuman yang bertemakan strawberry. Jadi dari alam untuk manusia.
Tetap sehat, semangat, dan pastinya tampil lebih muda karena makan buah-buahan.
Mungkin
inilah yang menjadi ide atau inspirasi mahasiswa setelah mengunjungi pertanian
hidroponik di Bedugul, suatu objek yang menguntung dari segi ekonomis yang tak
melupakan konsep hijau dan edukasi. Mahasiswa berharap usaha yang mahasiswa
menguntungkan bagi orang lain. Mungkin mereka juga akan dapat suatu inspirasi
dari usaha yang mahasiswa
DAFTAR
PUSTAKA
Slamet, Sugiyo., Pengembangan
Pertanian dengan Tekhnik Budidaya Hidroponik. Surabaya: Penebar
Swadya, 2005.
Zulkarnaen, Moh., Bercocok Tanam
dengan Hidroponik. Bandung : Penebar Swadaya, 2006 .
www. wikipedia.com
--FIN--
No comments:
Post a Comment