Written by edupedia
Hendra dwi
prasetyo // citra o. s. prasetyo
Di Dunia ini, ada
banyak terdapat jenis
cacing tanah yang biasa dibudidayakan. Sebagian
besar cacing tersebut berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae. Jenis cacing tanah yang biasa dibudidayakan adalah
Pheretima, Periony dan Lumbricus. Habitat ketiga cacing ini adalah suatu tempat/media
tumbuh yang terdapat bahan organik bisa berasal dari sisa-sisa tumbuhan atau pupuk
kandang.
Habitat untuk Budidaya Cacing Tanah
Kulit cacing tanah memerlukan kelembaban cukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak
rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC. Cacing Tanah hidup
didalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk
pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai
netral atau pH 6-7,2.
Siklus Hidup dan Faktor-faktor Pertumbuhan
Cacing Tanah
Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka agar
sesuai dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan hingga
100% setiap 4-6 bulan. Cacing
tanah dewasa dapat berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor cacing dalam
satu tahun.
Pertumbuhan cacing tanah akan sangat tergantung terhadap
pada kondisi lingkungannya. Hal yang perlu diketahui, bahwa pertumbuhan cacing
tanah yang optimal dipengaruhi oleh tinggi rendahnya 3 hal yaitu kelembapan,
pH, dan suhu.
1.
Tinggi Rendahnya Kelembaban
Kelembaban
sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila
udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing
tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan
akhirnya akan mati. Tubuh
cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan
kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa
air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab
(kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %). Cacing yang terdehidrasi akan
kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70
- 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah
untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. Bila
kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari
untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi
karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya
melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
cacing tanah adalah antara 15% sampai 30%.
2. Tinggi
Rendahnya pH
Cacing
tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim
pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk
merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam
makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena
tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila
makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan
kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah,
mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan
yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2.
3. Tinggi-
Rendahnya Suhu
Suhu yang
terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis
seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah
menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat
menetas dan pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan
sempurna. Suhu yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang
lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan
kelembaban yang optimal (Putra, 1999).
Bibit Cacing Tanah
Bibit cacing tanah dapat diperoleh di beberapa
tempat, namun tetap harus memperhatikan kualitasnya. Bibit cacing tanah dapat diperoleh di
pasaran atau mencarinya sendiri di alam. Dalam 1 Ha tanah, terdapat lebih dari 2,5 juta cacing
tanah. Akan tetapi untuk budidaya dalam skala
besar, cara beternak yang tepat adalah dengan membelinya di pasaran.
Syarat-syarat Lokasi
Budidaya
Suksesnya budidaya cacing tanah besar dipengaruhi oleh metode budidaya yang diterapkan. Salah satu faktor penentu
kesuksesan dalam membudidayakan cacing tanah adalah lokasi budidaya. Media utama adalah tanah yang banyak mengandung banyak zat organik. Bahan-bahan
organik tersebut dapat diperoleh dari dedaunan, kotoran hewan atau hewan maupun
tanaman yang sudah mati. Sedangkan tempatnya bisa
berupa apapun yang penting dapat menampung komposisi tanah sebagai media tumbuh
cacing. Wadah
pemeliharaan cacing tanah yang sering digunakan adalah wadah kayu. Wadah kayu yang berpori memungkinkan oksigen masuk
lebih banyak dan baik untuk kelangsungan hidup cacing. Kayu juga dapat meresap
air berlebih untuk menjaga agar kuantitas
air di wadah cacing tanah terjaga. Kekurangan
wadah kayu adalah akan lapuk setelah 4 tahun. Ukuran
ideal wadah pemeliharaan untuk
KG cacing tanah adalah (60cm x 60cm x 30cm). Wadah
pemeliharaan harus memiliki penutup yang rapat agar hewan pengganggu tidak bisa
masuk. Kapur anti serangga juga bisa ditorehkan di lantai sekeliling wadah agar
serangga tidak masuk. Wadah diletakkan di tempat gelap yang tidak terjangkau
cahaya matahari langsung ataupun air hujan.
Kelembapan tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing
tanah. Kelembaban
tanah yang optimal untuk pertumbuhan cacing tanah adalah sekitar 15-30%. Keasaman tanah juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
cacing,
cacing tanah membutuhkan tanah yang agak asam dengan kisaran pH antara ± 6 - 7,2.
Sedangkan suhu yang ideal untuk perkembangbiakan adalah
15-25°C. Berbicara mengenai suhu, perlu juga diperhatikan bahwa tempat pembiakan cacing tanah
terhindar dari sinar matahari langsung.
Pemeliharaan Cacing Tanah
Sebelum membahas terlalu jauh
tentang pemeliharaan cacing tanah. Dalam budidaya cacing
tanah peternak harus menyiapkan:
1.
Wadah Pemeliharaan (Worm Bin),
2.
Bedding (media
tempat hidup cacing),
3. Makanan
Setelah ke 3 komponen
tersebut telah terpenuhi, barulah kita dapat melakukan budidaya sesuai dengan
standar teknik budidaya cacing tanah. Karena semua pekerjaan atau usaha akan
berjalan dengan maksimal apabila diimbangi dengan ketekunan, disiplin, tidak bosan
bereksperimen dan terus mengasah rasa ingin tahu.
Dalam membudidayakan cacing
tanah perlu memperhatikan metode pemeliharaannya. Metode pemeliharaan cacing tanah ada 3 hal yang perlu
diperhatikan. Diantaranya adalah
pemberian pakan, penggantian media dan proses reproduksi.
1.
Pemberian Pakan
Cacing
tanah diberi makan satu kali dalam sehari. Tipsnya adalah banyaknya makanan yang diberikan sama dengan berat cacing tanah yang dibudidayakan. Sebagai ilustrasi, 1 kg cacing tanah dapat makan 1 kg makanan
setiap hari. Apabila masih awal budidaya
disarankan untuk memberikan makanan setengah dari berat tubuh
cacing sampai cacing telah beradaptasi dengan kemampuan
makannya. Memberikan makan cacing gampang-gampang susah. Tercatat
bahwa apabila makanan terlalu banyak maka
tempat
budidaya menjadi bau. Hal ini diakibatkan karena cacing tidak dapat mengkonsumsi semua makanan sebelum makanan
membusuk. Begitu juga sebaliknya
apabila makanan terlalu sedikit maka cacing akan kelaparan. Semua bahan makanan yang bersifat organik (mudah
diuraikan) sangat cocok dengan selera makan cacing tanah, tetapi kondisi media juga harus diperhatikan
kelembapannya. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering. Pakan
cacing tanah bisa menggunakan bahan apapun yang tergolong
bahan organik termasuk salah satu diantaranya kotoran hewan. Teknik pemberian pakan juga harus diperhatikan. Sebelum pakan diberikan, Pakan harus dibuat
menjadi bubur atau bubuk terlebih dahulu. Setelah itu pakan ditaburkan secara
merata di atas media dan ditutup dengan bahan yang tidak tembus cahaya. Hal ini bertujuan agar media cacing tanah tidak terkena
langsung oleh sinar matahari. Pemberian makan sebaiknya paling sedikit 3 hari sekali. Berikut
adalah makanan kesukaan cacing tanah:
ü Dedaunan
mati
ü Sabut
kelapa
ü Potongan
sayur
ü Kardus
atau koran yang sudah dihaluskan dan
dilembabkan,
ü Sisa
kupasan kulit kentang, apel, pisang dan kulit sayuran/buah lain
ü Kulit
telur hancur
Sebelum aplikasikan ke cacing tanah, makanan dapat
dipotong, diparut, atau diblender. Intinya
bahan makanan harus dalam kondisi yang halus dalam arti lain mudah dicerna oleh
cacing tanah. Sebagai
catatan, Semakin kecil potongan makanan, akan semakin mudah dicerna
oleh cacing.
Gambaran
umum proses pencernaan tubuh cacing dalam makan bahan makanan yaitu makanan yang masuk dalam tubuh akan dicerna
dalam ampela (berfungsi seperti
gigi untuk menghaluskan makanan). Proses lebih
lanjut, usus akan menghaluskannya lebih
lanjut dan pada akhirnya makanan akan keluar
sebagai kotoran (castings). Castings sangat
bermanfaat bagi tanaman karena tanah yang
bercampu dengan casting akan
mengandung berbagai nutrisi yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
2.
Penggantian media
Penggantian media harus dilakukan, media
yang sudah menjadi tanah atau mengandung banyak telur harus diganti. Setelah itu, agar cacing cepat berkembang biak telur, anak cacing dan cacing dewasa harus
dipisahkan.
3.
Reproduksi
Cacing tanah akan aktif untuk bereproduksi
pada keadaan hangat dan lembab. Cacing
tanah merupakan hewan hermafrodit (organ
kelamin jantan & betina di dalam satu individu). Meskipun hermafrodit,
cacing tanah tidak bisa melakukan reproduksi sendirian karena tidak bisa menyatukan
organ kelamin jantan dan organ kelamin betina mereka sendiri (Video: Reproduksi Cacing Tanah). Cacing tanah dewasa dapat kawin 10 hari sekali. Dari
perkawinan ini akan menghasilkan 1 atau 2 kokon. 1 kokon berisi ± 10
telur, namun biasanya hanya 4 cacing muda yang akan menetas.
Telur cacing tanah dapat menetas setelah 3
minggu jika cuaca hangat, namun bisa mencapai 3 bulan jika cuaca dingin (Video: Cacing
Tanah Menetas). Saat cacing muda tanah siap keluar, kokon berubah warna menjadi kemerahan dan
berukuran sebesar biji anggur. Cacing tanah muda yang
baru menetas berukuran sekitar 1.2 cm, tanpa organ reproduksi, berwarna
keputihan dengan semburat merah muda (pembuluh
darah).
Secara umum,
cacing
tanah memasuki usia matang
secara seksual saat clitellum (segmen)
terbentuk dengan sempurna usia 10-55 minggu (tergantung spesies). Pertumbuhan berat tubuh cacing tanah akan
melambat setelah fase ini. Beberapa individu dalam 1 generasi cacing
tanah yang sama akan mati pada tahun yang
sama. Sementara yang lain dapat hidup
hingga usia 5 tahun atau lebih. Ciri-ciri cacing tua ditandai dengan bagian ekor agak pipih
dan warna kuning pada ekor sudah mencapai punggung. Bila cacing tanah masih
produktif, warna kuning masih ada di ujung ekor.
Pada saat cacing akan
melakukan reproduksi maka harus memerlukan sarang sebagai medianya karena
cacing akan menghasilkan kokon yang tentu akan memerlukan media (wadah).
Sehingga diiperlukan media untuk pembuatan sarang. Media tersebut adalah kotoran
hewan, daun-daunan atau buah-buahan, limbah rumah tangga ataupun kertas.
Bahan-bahan yang telah tersedia dipotong sepanjang 2,5 cm kemudian ditambahkan
dengan air dan diaduk agar merata. Setelah itu barulah bahan dicampur dengan
kotoran hewan dengan perbandingan 70:30 untuk bahan campuran.
Beberapa
Bahan Makanan yang Haram Berada di Media Budidaya
1.
Makanan seperti sisa daging, makanan berminyak dan
produk susu juga tidak sebaiknya diberikan ke cacing karena akan cepat bau dan
dapat mengundang hewan lain yang
berperan sebagai predator seperti semut, tikus dan lalat yang dapat mengganggu
perkembangan cacing.
2.
Ada beberapa
benda
yang tidak dapat diurai oleh sistem pencernaan
cacing tanah diantaranya plastik,
kaca, karet, tulang dan juga bahan kimia seperti sabun dan obat-obatan,
3.
Makanan yang membahayakan cacing tanah antara lain cabai, garam, gula, dan kotoran
hewan segar yang belum terfermentasi (mengandung bakteri berbahaya seperti Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. yang dapat menjadi patogenuntuk cacing tanah).
4.
Cacing tanah tidak
menyukai makanan dengan kandungan rasa asam yang tinggi seperti jeruk, lemon dan tomat.
5. Makanan
lain, misalnya makanan yang berbau
tajam seperti bawang merah, bawang putih, dan kulit jeruk membuat cacing tidak
nyaman dan secara naluriah akan menjauhi sumber bau.
Penuaian Hasil (Panen) Cacing
Tanah
Kualitas dan kuantitas hasil panen
cacing tanah dipengaruhi oleh banyak hal. Selain teknik beternak, kualitas
panen juga dipengaruhi oleh lokasi pembudidayaan. Hasil dari budidaya cacing
tanah ini biasanya meliputi dua hal yaitu biomas dan bekas cacing (kascing) itu
sendiri. Cara untuk memanen cacing tanah sangatlah mudah.
Panen cacing dapat
dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan mengunakan alat
penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat
sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Hal
ini tentunya akan sangat memudahkan proses pemisahan antara cacing dan media. Ada cara lain dalam
memanen cacing tanah, secara ekonomis lebih ekonomis yaitu dengan cara
membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan
pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya
kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi
pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan
cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru
dan kascingnya siap di panen.
No comments:
Post a Comment