Pages

Sample text

Sample Text

Social Icons

Featured Posts

TEKNIK HIDROPONIK: SOLUSI MENYIKAPI SEMAKIN SEMPITNYA LAHAN HIJAU


Written by: EDUPEDIA
HENDRA D. PRASETYO // CITRA C. O. PRASETYO

Merubah pola kebiasaan petani di Indonesia yang telah mengadopsi pertanian konvensional selama lebih kurang 25 tahun tidaklah mudah, untuk itu harus dilakukan pembinaan secara bertahap dan berkesinambungan melalui kegiatan edukasi dan sosialisasi teknologi pertanian. Perkembangan teknologi di bidang pertanian demikian pesat, sehingga mereka yang tertinggal dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tidak akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang dilakukannya. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan.

Teknologi budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para petani pertanian konvesional yang memiliki lahan sempit atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai.

Teknik hidroponik, sangat berbeda dengan teknik pertanian konvensional yang sebagaimana mestinya. Pada pengembangan teknologi budidaya hidroponik lebih banyak mempunyai kelebihan dibandingkan pertanian konvensional, diantaranya:
a.   Kualitas buah lebih baik dibandingkan dengan pertanian teknologi konvensional;
b.    Kontunuitas konsumen lebih dapat di manage, karena terjadi sitem kontrak;
c.    Jarang terjadi dihasilkan pembusukan buah pada suatu arel hidroponik;
d. Apabila dilihat dari segi ekonomis, biaya tenaga kerja lebih dapat diminimalisir;
e.    Pemeliharaan jauh lebih baik dan mudah;
f.    Sanitasi lebih baik, atau lebih mudah dikerjakan;
g.    Jumlan kuantitas penanaman lebih banyak.

Namun dari itu semua, masih kurangnya pengetahuan petani (petani kurang pendidikan formal dan non formal) yang tidak memahami sistem kerja pertanian hidroponik mengakibatkan kemunduran “Go Hidroponik”. Padahal, apabila ditimbang-timbang dan di hitung pertanian hidroponik jauh lebih menguntungkan daripada pertanian konvensional.


Secara epistemologi pertanian hidroponik memiliki pengertian yang berkaitan dengan suatu sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim dll.

Beberapa keunggulan budidaya sistem hidroponik antara lain adalah:
1.     Kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan lahan;
2.    Mutu produk (bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan/higiene) dapat dijamin karena kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca;
3.    Tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar.  

Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk tempat berdiri tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Media tanam tersebut dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya air). Yang terpenting adalah bahwa media tanam tersebut suci hama sehingga tidak menumbuhkan jamur atau penyakit lainya. Berbeda dengan sistem pertanian konvensional yang terlihat nyata mengalami kontak langsung dengan faktor alam lainnya seperti cahaya matahari, iklim, tanah, serta penyakit tanaman. Dari beberapa faktor penghambat pertanian konvensional, sebenarnya yang menjadi pokok permasalahan utama lahan pertanian konvensional :
1.     Mengandung racun residu sisa pestisida kimia dan penggunaan pupuk kimia berlebih. Jadi dalam hal ini harus dilakukan konversi lahan (pembersihan sisa-sisa pestisida ataupun pupuk dari kegiatan pertanian sebelumnya) terlebih dahulu dan itu merupakan pekerjaan yang memakan waktu begitu lama sampai menuju lahan organik(hasil dari konversi lahan),
2.  Biota tanah yang berkurang (sebagai penyedia, pengikat unsur hara dan penyeimbang kestabilan ekosistem tanah).

Jika sudah menaruh perhatian untuk menumbuhkan tanaman dengan hidroponik, pengontrolan adalah hal yang penting dilakukan. Komposisi pupuk, pemberian insektisida yang cukup (meskipun tak perlu yang manjur, karena hama penyakit tanaman dari tanah tidak ada atau sedikit saja di media bukan tanah), kesterilan media dan pengairan secara teratur harus disorot. Namun pada hidroponik juga memiliki kelemahan, apalagi jika mengabaikan sistem pengontrolan. Menanam di udara terbuka mendatangkan persoalan baru yaitu kondisi cuaca yang selalu berubah.
 
--FIN--

No comments:

 

Most Reading

EDUPEDIA

Powered by Blogger.